Bath Tub
Nishihato, Semi-lemon, Fluff, Typo, Cringe
Perempuan dengan setelan semi formal itu menuntun sepedanya di tengah kicauan cicadas di musim panas itu. Sesekali napasnya di hela. Arloji yang melingkar di pergelangan tangannya sudah menujukkan pukul delapan malam. Kalau di Indonesia, ini belum terlalu malam. Masih banyak motor yang berlalu lalang atau suara obrolan tetangga yang terdengar sesekali. Tapi, Hato sudah pindah ke Jepang. Suasananya memang tenang dan sepi. Hanya terdengar suara suara cicadas khas musim panas yang sering dia dengar di drama-drama Jepang dulu yang sering dia tonton. Tapi, dia merindukan suasana ramai di Indonesia. Seperti di rumah meskipun di tempat yang tidak familiar untuknya.
Perjalanan menuju apartemennya masih butuh waktu lima menit. Hato memilih untuk menuntun sepedanya sembari menikmati waktu sendiri dan mengembalikan energinya. Dia sudah mampir terlebih dahulu ke konbini untuk membeli beberapa kebutuhan rumah tangga yang sudah menipis di apartemennya.
Hato memarkirkan sepedanya di tempat parkir khusus dan berjalan dengan pelan menuju unitnya. Dia mengucapkan salam begitu dia masuk ke dalam. Untuk sejenak dia menyandarkan punggungnya ke balik pintu apartemennya dan terdiam sejenak. Ditatapnya sebentar langit-langit apartemennya yang masih gelap. Helaan napas keluar lagi di mulutnya. Bibirnya mengecap-ecap dengan sebal. Belakangan ini dia merindukan masakan Indonesia yang kaya akan rempah. Makanan disini terlalu hambar.
Bahkan mi instan khas negaranya seperti kekurangan micin. Padahal MSG terkenal di Indonesia adalah Ajinomoto. Hato terperanjat kala melihat lampu apartemennya tiba-tiba menyala. Di dekat saklar lampu itu, dia melihat sosok kekasihnya, Nishihata Daigo berdiri dengan senyuman khas yang begitu Hato rindukan. Astaga, mereka hanya berpisah sekali kenapa rasanya rindunya pada lelaki ini sudah sangat menumpuk?
“Hato sepertinya sedang mumet ya,” ucap Daigo. Matanya menelisik sang kekasih, kesayangannya ini. “聞かせてくれ?” Hato mengerjap, melihat Daigo yang melonggarkan dasinya dan juga membetulkan letak kacamatanya. Dia baru menyadari bahwa outfit yang digunakan lelaki itu persis seperti karakter Detektif di drama terbaru yang Daigo perankan. Hisame! Tidak usah dibilang karena Hato tahu bahwa wajahnya sekarang sudah sangat memerah.
Daigo bertopan dagu di sisi bath tub yang dia pakai untuk berendam hari itu. Sementara matanya tidak lepas dari punggung perempuan yang sedang memainkan air di hadapannya. Ya. Dia dan Hato berendam di satu bath tub yang sama.
“Nee, Hato!” Daigo berusaha memanggil kekasihnya namun Hato hanya mengedikkan bahu dengan kaget dan berdehem. Daigo berdecak. Apa-apaan ini? Mandi dan berendam bersama hanya untuk melihat punggung? Tidak seru sekali.
Dia sudah menggosok punggung Hato tadi dan Hato juga menggosok punggungnya sambil bercerita tentang hari ini. Tapi, begitu dia hendak berbalik menghadap sang kekasih, perempuan itu langsung berbalik badan. Enggan berhadapan dengan Daigo. Lelaki itu menyapu bagian dalam pipi kanannya. “Hato! こっち向いてよ!” Namun, Hato malah menolak dengan menggeleng dan bergeming pada posisinya. Daigo berdecak. “ほら!” Daigo menarik pundak Hato dan membuat perempuan itu memekik karena posisinya jadi bersandar pada dada lelaki bermarga Nishihata itu.
Hato sampai menahan napasnya. Tapi, tangan Daigo yang memeluk pundaknya semakin mengerat. Sementara lelaki itu menciumi pundaknya. “Kenapa, sih, gak mau lihat aku?” tanya Daigo dengan suara merajuk yang dibuat-buat. Hato berdehem. “Gak apa-apa, sih,” balas Hato dengan suara yang mengecil.
Daigo memperhatikan wajah Hato dari samping. Wajah perempuan itu terlihat meranum. “Kamu malu ya?” Goda Daigo. Hato menggeleng. Punggung tangan kanannya mengusap pipinya. “Mana ada!” Hato berkilah.
Daigo terkekeh. Dia merubah posisi Hato menjadi menghadapnya. Matanya yang membuat Hato jatuh cinta berkali-kali itu menelusuri garis wajah sang kekasih. Sementara itu punggung jemari tangannya mengusap pipi Hato yang basah oleh air berendam mereka. “きれいですね.”bisiknya.
“誰?” “ハトだよ.” “へえ。。そっか。“ Daigo terkekeh melihat wajah Hato yang semakin memerah. Dia suka sekali menggoda perempuan ini. Daigo mengerutkan hidungnya dengan gemas sebelum akhirnya mendaratkan satu kecupan singkat di bibir Hato yang membuat perempuan itu tidak sempat memproses apa yang terjadi. Hato refleks menyentuh bibirnya. “Pata!” serunya. Tawa Daigo pecah. Lelaki itu terbahak. Sementara Hato berdecak.
Daigo mengatupkan wajah Hato dengan kedua tangannya dan mengecup kening sang kekasih dengan lembut. Kecupan itu berlangsung cukup lama membuat perut Hato sedikit geli dan hatinya menghangat. “Pata?”
“Hmm?” Daigo melepaskan kecupannya dan mensejajarkan pandangan mereka. Hato menyentuh kedua pundak Daigo sebagai pijakan tangannya dan sedikit mengangkat tubuhnya, mencium kening Daigo sebagai balasan kecupannya tadi.
Yang tidak Hato duga saat dia melakukan itu adalah Daigo yang tiba-tiba mencium lehernya dan memberi tanda disana. Hato refleks memukul pelan pundak sang kekasih. “俺のもの.” Ucapnya. Hato berdecak. Perempuan itu hendak beranjak namun lagi-lagi Daigo menahannya. “ね、やるか?”
“Apa?” Daigo menyeringai tipis. “これ。” Hato tidak menduga bahwa Daigo akan menarik dirinya untuk duduk di pangkuan lelaki itu dan Hato dihujani ciuman bertubi-tubi yang tidak dia duga sebelumnya. “どう?いいのこれ?“Hato mengangguk pelan sebagai tanda persetujuan yang ditanyakan oleh Daigo. Untuk pertama kalinya, mereka berbagi selimut dan kegiatan kasur bersama. Hari itu.