Cyan Man
ShoppiAiri, Fluff, Typo
Airi mengucapkan terima kasih pada seorang staf resepsionis yang mengantarkan paketnya. Tidak lupa tersenyum manis.
Perempuan itu membawa kotak kecil yang terlihat berat tersebut ke dalam unitnya. Bukan—unitnya bersama kekasihnya sekarang—Watanabe Shota.
Dengan semangat Airi membuka paket tersebut dan takjub dengan apa yang ada di dalamnya. Seakan-akan barang di dalam kotak tersebut memantulkan sinar yang sangat terang.
Airi mengeluarkan buku yang merupakan majalah itu dari dalam kotak tersebut dan memandanginya sejenak sebelum akhirnya membuka halaman demi halaman, kembali terkesiap dengan takjub menemukan sosok lelaki yang saat ini menjadi pacarnya berpose dan menatap kearah dirinya—bukan, kamera, maksudnya dengan tatapan yang sayu maupun tajam.
Wah sial, Airi sepertinya mulai bucin.
Selesai melihat bagian dalam majalan berjudul Cyan Man itu, Airi kali ini memandangi lama cover depan majalah itu. Matanya terhenti pada satu titik di wajah Shota yang menghiasi majalah tersebut. Tanpa sadar mendekatkan wajahnya dan mencium permukaan majalah itu—lebih tepatnya pada bagian bibir sang model.
Sebut aja Airi cringe.
“Dari pada ciuman sama kertas mending cium langsung orangnya.” Airi mengerjap sebelum tersentak dan menoleh ke sumber suara, dia menemukan Shota berdiri sambil bersandar di kusen pintu kamar mereka. Sepertinya baru bangun dari tidurnya.
Airi berdehem langsung memasukkan kembali majalahnya ke dalam kotaknya. Shota mendekat dan duduk di sofa, di dekat Airi membuka paketnya tadi. Lelaki itu bertopang dagu di atas dengkulnya, memandangi Airi sejenak dengan senyuman di wajahnya.
“Apa?” Balas Airi melirik malas kearah Shota.
Shota menggeleng. Senyumannya masih enggan lepas dari wajahnya. “Kali ini beli berapa kopi?” Shota bertanya, bermaksud untuk menggoda kekasihnya itu.
Airi berdecak. Malas kalau sudah berurusan dengan Shota yang seperti ini. Minamoto langsung berdiri, namun tangan Shota lebih cepat menangkap tangannya dan langsung menarik leher Airi untuk mendekat kearahnya.
Shota mencium bibir Airi, mengusap leher perempuan bermarga Minamoto itu hingga menimbulkan suara Airi yang lirih. Bersamaan dengan itu Shota mengapit bibir atas Airi, mengecap dan menghisapnya pelan.
Suara kecupan demi kecupan memenuhi ruangan itu hingga Airi mendorong Shota saat lelaki itu berhasil menarik tubuhnya untuk duduk diatas pangkuan sang lelaki bermarga Watanabe itu.
Napas keduanya agak terengah. “Aku harus berangkat ke Osaka hari ini. Manajer sebentar lagi jemput.” Kata Airi.
Shota mengernyit. Dia mengerucutkan bibirnya. “Mendadak banget,” Kata Shota. Dia memeluk Airi lagi, menyembunyikan wajahnya di balik leher perempuannya ini. “Ya udah. Hati-hati.” Lanjut Shota.
Airi tersenyum tipis. “Hati-hati tapi akunya gak dilepasin gini?” Tanya Airi. Shota menggeleng. Masih enggan melepas pelukannya.
“Bawa sekalian majalahnya.” Bisik Shota. Airi berdecak. “Shota apaan sih?! Diem ah!”