Distraksi

AU Lokal, Nsfw, typo, cireng

Aqilla baru saja selesai menyetrika pakaiannya dan memasukannya ke dalam lemari saat ponselnya berdering nyaring. Keningnya mengkerut saat melihat kontak Kemal di layar ponselnya. Seingatnya Kemal sedang berlibur di rumah orang tuanya. Yah, tapi berlibur bukan berarti tidak akan menghubunginya, sih.

Belum sempat Aqilla menyapa, suara ceria lelaki yang merupakan kekasihnya itu langsung terdengar. “Udah makan belum?” Aqilla menghembuskan napas dan berdecak pelan.

“Paling tidak sapa dulu baru tanya yang lain!” Gerutu Aqilla. Kemal terkekeh. “Halo, sayang.” Aqilla bergidik. Dia menjauhkan sedikit ponselnya dan menatap benda itu dengan geli, seakan-akan Kemal sedang ada di dekatnya.

“Kenapa?” Aqilla kembali mendekatkan ponsel itu ke telinganya. “Aku main ke kostan ya! Sekalian bawain makan sore! Belum makan, 'kan?”

Kepala Aqilla mengangguk samar, tapi bertolak belakang dengan apa yang diucapkannya. “Sudah.” Disebarang sana, Kemal mencibir. “Bohong kali. Yaudah, aku on the way kesana. Tunggu ya! Abang gojek otw!”

Setelahnya, telepon itu diputus sebelah pihak. Aqilla menggeleng sembari meletakan ponsel itu ke atas laptop di atas mejanya. Dia mengedikan bahu sembari kembali merapikan kostannya. Ah, Aqilla lupa bertanya kenapa Kemal sudah pulang, padahal liburan masih dua minggu lagi.

Dia akan tanya nanti saja saat Kemal sampai.

Selesai merapikan kostan yang sebelumnya seperti kapal pecah itu, Aqilla merebahkan dirinya ke atas kasur dan bermain dengan ponselnya. Menscroll Instagram atau Twitter. Senyumannya terkadang muncul kala melihat postingan yang menarik dan lucu.

Tak lama, pintu kostan diketuk. Dia agak terkejut sampai bangkit dari posisi rebahannya. Aqilla menarik napas dan melempar asal ponselnya, mengambil selimut dan melingkari di sekitar tubuhnya. Aneh, rasanya tadi cerah, kenapa di luar sudah mendung dan udara jadi lebih dingin?

Begitu pintu terbuka, Aqilla menahan keseimbangannya saat mendapat pelukan mendadak dari sosok tinggi yang disayanginya ini. “Astaga, Kemal! Jangan begitu, dong!” Gerutu Aqilla. Dia menepuk punggung Kemal dan menyuruhnya untuk melepas pelukan.

Kemal tertawa. Dia melepaskan pelukannya dan malah beralih mencubit kedua pipi Aqilla. Perempuan itu mengerjap, berusaha melepaskan diri dari Kemal. Dia melotot kearah lelaki itu.

Kemal langsung melepaskan cubitannya dan tertawa. “Aku kangen~.”

“Geli ah.” Gerutu Aqilla, dia menutup pintu kostannya dan saat berbalik

“Tumben ditutup... Biasanya dibiarin kebuka lebar...” Aqilla mengerjap mendapati Kemal yang sekarang menggerakan alisnya dengan menyebalkan. “Ah, kamu mau berduaan denganku yaa!”

Aqilla mengangkat tangannya, hendak memukul Kemal karena gemas dengan pikiran aneh pacarnya ini. “Di-Di luar mau hujan! Kamu mau nanti kena tampias air dari luar?! Aku baru beberes kostan ya!” Omel Aqilla.

Kemal tertawa dan dia langsung memeluk Aqilla lagi setelah meletakan makanannya di atas meja belajar. “Well gapapa sih...” Bisik Kemal yang mengundang pukulan di kepala lelaki itu.

“Berisik. Bawa makanan apa?” Aqilla langsung beralih kearah bungkusan di atas mejanya. “Nasi goreng doang sih....” Kemal mengusap lehernya.


Entah sudah berapa kali Kemal dan Aqilla menonton drama Korea yang diperankan Gong Yoo dan Kim Go Eun ini. Keduanya saat ini sedang bersandar dengan selimut yang menghangatkan keduanya dari udara dingin akibat hujan yang mengguyur.

“Nonton Train to Manggarai aja yuk.” Ajak Kemal. Dia sudah bersandar di pundak Aqilla. Perempuan itu mengerutkan kening, ditepuknya kepala Kemal. “Train to Busan!” Koreksi Aqilla. Kemal mengangguk-angguk.

“Btw, kenapa udah pulang? Bukannya kamu lagi liburan?” Tanya Aqilla. Kemal mengamit tangan Aqilla dan menggenggamnya. “Disana membosankan.” Balasnya.

Sebelum Aqilla sempat membalas lagi, dia terdiam. Keduanya bahkan menahan napas. Layar laptop Aqilla yang menayangkan Goblin sekarang sedang menampilkan scene dimana Kim Shin dan Eun-tak yang bercumbu.

Aqilla berdehem. Dia mengalihkan pandangan dari layar laptop, menatap langit-langit kostannya. Hujan di luar masih mengguyur dengan deras. Aqilla berjengit merasakan lehernya diciumi. Kepalanya menoleh kearah Kemal yang sekarang tersenyum manis. Lelaki itu kembali mendekatkan wajahnya ke leher Aqilla, menciuminya lembut. Aqilla merasa kulitnya meremang. Dia merinding dengan sensasi yang diakibatkan dari kecupan Kemal di lehernya.

“Ke-Kemal!”

“Hmm...?”

Aqilla mendorong Kemal dari lehernya. Kemal terkekeh, dia kembali memeluk Aqilla lebih erat dan tetap menenggelamkan wajahnya di leher kesayangannya ini. “Mal, astaga!” Aqilla berusaha mendorong Kemal tapi tenaganya terasa tidak ada sama sekali. Akhirnya dia mencoba membiarkan Kemal menciumi lehernya. Aqilla nyaris mengeluarkan suaranya saat Kemal menghisap lehernya kencang.

“Kemal! Jangan buat kissmark!” “Gak mau,” balas Kemal. “supaya kelihatan kamu udah ada yang punya.” Aqilla berdecak. Ini bukan pertama kalinya Kemal memberi kissmark. Terkadang lelaki bernama lengkap Kemal Mulyadi itu memberikan tanda dipergelangan tangannya saat sedang menciumi tangannya.

Aqilla menghembuskan napas. Dia kembali dikejutkan dengan tangan Kemal yang sekarang sedang menyusup ke dalam kaosnya. Kalau soal ini, pertama kalinya bagi Aqilla. Dia melotot kearah Kemal. “Mau ngapain?!”

Kemal mengangkat kepalanya dan menatap lurus kearah Aqilla. “Gak boleh?” Aqilla merotasi matanya. Dia enggan menjawab, wajahnya terasa panas dan dia tahu pasti rona wajahnya sudah berubah.

Hal selanjutnya yang kembali mengejutkan Aqilla adalah Kemal menariknya untuk duduk dipangkuan Kemal. Tangan lelaki itu memegang pinggangnya sedangkan tangan Aqilla bertumpu pada bahu Kemal.

“Kemal! Apa-apaan!?” Seru Aqilla. Gawat sekali dia dibuat jantungan oleh tingkahnya Kemal. “Gimana kalo—”

Kemal langsung mencium bibir Aqilla, menghentikan ucapannya. Ciuman itu lembut dan tidak menuntut, malah membuat Aqilla seperti meleleh. Sial...

Ciuman Kemal beralih dari kening, kedua matanya lalu ke hidungnya. Napas keduanya agak memburu dan Aqilla mencoba mengenyahkan pikiran anehnya. Dia menepuk pundak Kemal. “Kamu ... Ngapain sih!?” Gerutunya pelan.

“Cuddle?”

“Ini bukan cuddle namanya...”

“Terus, kamu maunya apa?”

Aqilla tidak menjawab, dia memilih untuk menyandarkan kepalanya di pundak Kemal sementara tangannya melingkar di sekitar leher Kemal. “Tidur.” Balasnya.

“Tidur yang lain?” Aqilla tertawa. Dia malah mendaratkan kecupan singkat di leher Kemal. “Terserah padamu.”

Kemal ikut tertawa dan dia merebahkan Aqilla keatas kasur. Diciuminya Aqilla sembari tangannya menyusup di balik kaos yang dikenakan Aqilla. Tangannya yang lain menarik ikatan rambut Aqilla, membuat rambutnya yang sudah mulai panjang itu tergerai.

“Nghh... Kemal...” Aqilla meremas pundak Kemal saat Kemal bermain-main dengan dadanya. Tangan Kemal mengusap pipi Aqilla lembut tanpa melepaskan ciumannya. Dia melepaskan tautan bibirnya pada Aqilla dan menyeringai. Aqilla merasa merinding saat melihatnya. “Apa?”

Kemal menaikan kaos yang Aqilla kenakan. Aqilla melotot sembari menahan tangan Kemal. “Mau ngapain?” Kemal menyingkirkan tangan Aqilla dan menaikkan kaos Aqilla, melepaskannya dari perempuan itu.

“Hari ini kamu gak pake bra ya...” Gumam Kemal. Tangannya menaikan tank top dengan busa di bagian dada itu. Aqilla mengerjap, wajahnya memanas. “I-Ini aku pake! Tapi, tank top 2 in 1...” Suara Aqilla memelan. Kemal tertawa mendengarnya. Dia memainkan puting Aqilla yang sudah mengeras. Aqilla menggigit bibirnya, mencegah suara – suara aneh keluar.

“Kamu sensitif banget ya disini.” Bisik Kemal, masih memainkan dada Aqilla. Tangannya perlahan turun ke bawah, menyelinap dibalik celana selutut yang dikenakan Aqilla, seringaiannya muncul begitu menyadari celana dalamnya sudah basah.

“Disini juga sensitif?” Aqilla berjengit. Dia menaikkan pinggangnya saat Kemal menyelipkan satu jarinya ke dalam kemaluan Aqilla. “Ke-Kemal... Rasanya aneh....” Gumam Aqilla dengan suara bergetar, dia mengangkat tubuhnya untuk menyembunyikan wajahnya dibalik leher Kemal.

Kemal tertawa. Kenapa Aqilla polos banget sih? “Ugh! Kemal!” Aqilla memukul pundak Kemal saat lelaki itu menambah jarinya dan mulai menggerakkan keluar masuk. Aqilla sampai harus menutup rapat-rapat mulutnya saat gerakan Kemal semakin cepat. Saat sesuatu yang menggelikan dari perutnya memaksa keluar, Kemal malah mengeluarkan jarinya membuat Aqilla melenguh. Merasa kehilangan dan gelisah.

Dia menarik kepalanya dari leher Kemal dan menemukannya sedang tersenyum lembut kearahnya. Kemal menarik turun celana pendek beserta dalaman yang Aqilla kenakan, hanya meninggalkan tanktop abu-abu milik Aqilla. Kemal bangkit sedikit dan melepas bawahannya. Aqilla sampai harus memalingkan wajahnya kearah lain saat matanya tak sengaja melihat milik Kemal.

Dia mengusap wajah Aqilla lembut. Sementara tangannya yang lain mencoba memposisikan dirinya di depan milik Aqilla. Kesayangannya itu masih memalingkan wajahnya membuat Kemal mau tak mau mengarahkan pandangan Aqilla untuk hanya melihatnya. “Lihat aku,” Tapi, Aqilla malah memejamkan matanya erat-erat. Dia bahkan kemnali mengatupkan bibirnya kuat-kuat saat Kemal mengusapkan miliknya dengan milik Aqilla. “Aqilla, lihat aku aja.” Lanjutnya, berbisik.

Kemal sampai harus mengecup pelan kedua kelopak mata Aqilla bergantian sampai perempuan itu bisa melihatnya lagi.

“Kenapa cuma bawahannya yang dilepas?” Tanya Aqilla bingung saat menyadari Kemal masih mengenakan atasannya. Kemal menyunggingkan senyum simpul yang lembut. Sembari mengusap kening Aqilla dia menjawab, “Kamu mau kita naked?” Aqilla menggeleng cepat. Dia masih malu.

Kemal tertawa. Didorongnya masuk perlahan miliknya ke dalam milik Aqilla, hingga membuat Aqilla tersentak sampai menarik napas dan menahannya. Namun, baru setengah jalan, pintu kostan Aqilla diketuk cepat disertai suara yang sangat mereka kenal.

“AQILLAA!!!”

Kemal berdecak. “Luna sialan...” Aqilla yang tadinya sudah meneteskan air mata jadi tertawa. Dia menepuk pundak Kemal. “Yang sabar ya.”

“QILLL!!! AYANG LO DATENG NIHH! BUKAIN PINTU DONG! GUE KEUJANAN!!”

Kemal menatap Aqilla yang ada di bawahnya. Matanya memelas, seakan-akan meminta Aqilla mengabaikan Luna yang ada di luar. Aqilla tersenyum. Dia mendorong Kemal, bersamaan dengan keluarnya milik Kemal dari dalam Aqilla. Perempuan itu sempat melenguh membuat Kemal ingin memaksa Aqilla untuk tidak mengurus orang di balik pintu yang berani-beraninya mengganggu sesi 'cuddle' nya.

Aqilla bangkit dengan susah payah. Dia mengambil celana dalamnya yang baru dari dalam lemari dan mengenakan lagi celana pendek beserta kaosnya. Astaga... Aqilla masih berusaha memproses apa yang akan terjadi padanya dengan Kemal. Dia memungut celana Kemal dan melemparkannya kepada sang empu. “Itu kamu masih tegang, kan? Sana urus dulu di kamar mandi.” Aqilla sudah hendak membuka pintu. Tapi, Kemal masih enggan beranjak dengan wajah merengut.

Aqilla menghembuskan napas, dia menghampiri Kemal lagi dan mencium pipinya lalu mencuri satu kecupan singkat di bibir Kemal. “Kapan-kapan bisa dilanjut kan?”

“Kapannya tuh kapan?” Gerutu Kemal. Dia menahan Aqilla dengan memegang pinggang kesayangannya itu. Aqilla mengedikkan bahu. “Mungkin tunggu Luna jadian sama Aryo?”

“Lama dong!”

“Makanya bantu comblangin sana.”

Kemal merengut. Dia menarik Aqilla ke dalam dekapannya, menenggelamkan wajahnya di perut perempuan itu. Aqilla mengusap kepala Kemal dan menepuknya pelan. “Gih sana. Aku bukain pintu buat Luna dulu.”

Kemal akhirnya beranjak. Dia masuk ke kamar mandi, meninggalkan Aqilla yang sekarang berjalan kearah pintunya. Dia sempat terdiam selama beberapa saat di depan pintu sambil mencengkram gagang pintu itu. Kakinya masih terasa lemas sisa dari kegiatan mereka yang terintrupsi. Aqilla ingin merosot jatuh saat itu juga, tapi teriakan Luna mengagetkannya.

“Tumben lama, qil.” Kata Luna langsung menerobos masuk ke dalam kostannya. Agaknya sedikit membuat punggung Aqilla menabrak dinding dan membuatnya langsung merosot jatuh. Luna terkejut melihatnya. Dia buru-buru menghampiri Aqilla yang sekarang menunduk. “Lo kenapa? Gue dorongnya kekencengan?” Tanya Luna cemas. Padahal seingatnya dia hanya mendorong sedikit Aqilla supaya bisa masuk karena hujan dengan udara dingin semakin menusuknya.

Aqilla mengatur napasnya dan menggeleng. Dia mengangkat kepalanya dan tersenyum. Senyum yang terlihat lemas. “Enggak, kok. Gue yang lagi agak lemes aja.”

Bersamaan dengan itu, Kemal keluar dari kamar mandi. Luna melihat kearah dua orang sohibnya ini, lalu melihat sekitar, laptop yang masih menayangkan drakor dan kasur yang terlihat agak berantakan.

Selanjutnya adalah Kemal dan Aqilla yang mendapatkan tatapan mata menyipit dari Luna selama lima menit sebelum akhirnya dia bercerita tentang apa yang dialaminya sebelum datang kemari.