Forehead
ShoppiAiri, Fluff, Typo
Airi menghela napas. Layar televisi di depannya masih menampilkan tayangan drama tengah malam di saluran televisi NTV. Sementara dia sedang asyik menonton, sosok lelaki bermarga Watanabe yang berdatang ke unitnya sudah terlelap diatas sofanya, membuat Airi mau tidak mau duduk di lantai dengan bersandar ke sofa. sudah dua kaleng bir yang dia habiskan malam itu untuk menemaninya menonton, menghilangkan insomnia yang tiba-tiba menyerangnya.
Watanabe Shota—lelaki berusia 30 tahun itu tiba-tiba mengiriminya pesan, mengatakan bahwa sudah di lobby gedung apartemennya. Airi bingung, dia dan Shota tidak ada jadwal untuk bercinta. Terlebih hari itu Airi masih dalam masa datang bulan. Seharusnya Shota tahu. Seharusnya.
Sesampainya Shota di unitnya, lelaki itu terlihat menenteng tas kertas dengan nama toko manisan terkenal dan menyerahkannya pada Airi. Tidak Cuma itu, lelaki itu juga membawakannya cemilan lainnya. Airi menanyakan kenapa Shota kemari. Shota menjawab dia sedang ingin tidur di tempat lain. Hari itu bahkan dia berjanji tidak akan mengganggu Airi kalau perempuan itu sedang melakukan sesuatu.
Akhirnya, Airi mengizinkan Shota untuk bermalam di unitnya. Sekarang sudah pukul dua belas lewat lima belas. Drama yang dia tonton sudah memasuki scene terakhir dan Airi sudah menunjukkan tanda-tanda mengantuk. Tidak tahan untuk menunggu sampai preview episode selanjutnya, Airi mematikan televisinya dan beralih membuka ponselnya.
Dia menoleh kearah Shota yang berada di belakangnya, memastikan bahwa lelaki itu benar-benar sudah terlelap. Airi menscroll timeline Instagramnya, tanpa sadar tersenyum saat melihat akun privasi Tsuki memposting fotonya dengan Abe Ryohei—kekasihnya. Pas sekali, di bawahnya ada postingan dari akun privasi Mina, menampilkan Raul yang sedang menikmati secangkir kopi, mungkin. Mereka kenapa manis sekali. Meski Airi suka bertingkah sasimo pada kekasih perempuan-perempuan ini, pada aslinya hanya sebuah candaan. Dia sangat senang melihat keromantisan yang disebarkan oleh pasangan di Snow Man ini.
Airi menghela napas. lagi. Dia meletakan ponselnya diatas meja yang ada di depannya. Terdiam sejenak dalam lamunannya. Kalau orang bertanya padanya siapa yang dia sukai saat ini, Airi sangat ingin menjawab satu nama yang sekarang sedang bermalam di apartemennya. Ya. Watanabe Shota.
Shota juga punya rasa yang sama padanya. Namun, setiap Shota memberikan afeksi lebihnya pada Airi, Airi selalu menganggap hal itu menyebalkan. Bahkan, saat Tsuki terus-terusan mendorongnya untuk berpacaran dengan Shota, dia akan menolak secara tidak langsung. Meski aslinya dia tidak bermaksud seperti itu. Entahlah, hati dan otaknya seringkali tidak sinkron jika menyangkut perasaan. Yang dia takutkan namun juga sadari, perasaannya pada Shota kian membesar dan Airi takut dia akan melakukan sesuatu yang ceroboh di depan umum. Atau paling tidak di depan teman-temannya. Di depan Snow Man dan para kesayangannya yang juga dia anggap sebagai teman-temannya.
Airi menggelengkan kepalanya. Dia bangkit dari duduknya, berdiri dengan kedua lututnya, berbalik dan menghadap kearah Shota yang sedang terlelap dalam mimpinya. Wajah lelaki itu terlihat tenang, sementara keningnya tidak tertutupi sehelai rambut pun. Airi menatap lamat-lamat wajah lelaki di hadapannya. Digigitnya bibir bagian dalamnya, menahan sesuatu yang sesak dan rasa berdebar yang tiba-tiba menyerangnya setiap kali dia memandang lama lelaki yang sebenarnya dia sayangi ini.
Sebelum akhirnya, Airi maju dan mendaratkan sebuah kecupan di kening Shota. Kecupan itu berlangsung lama, seakan-akan Airi ingin memberitahu Shota tentang perasaannya lewat ciuman itu. Yang tidak Airi duga adalah Shota sudah membuka matanya, sedikit terkejut melihat wajah Airi berada sangat dekat dengannya serta merasakan bibir perempuan itu berada di keningnya. Shota sedikit berkedip begitu merasakan sesuatu membasahi wajahnya selepas Airi perlahan-lahan menjauhkan wajahnya dari Shota.
Shota langsung memejamkan matanya lagi. Airi segera beranjak, memalingkan wajahnya dan pergi dari ruangan itu. Masuk ke dalam kamarnya.
Shota membuka matanya. Menatap lama kearah langit-langit ruangan itu.
Ruangan itu hening. Baik Airi dan Shota sama-sama menikmati sarapan mereka dalam diam. Tidak berusaha membahas apapun yang terjadi tadi malam. Shota selesai dengan sarapannya bersamaan dengan ponselnya yang berdering, menandakan pesan masuk. Dari manajernya yang mengatakan bahwa dia sudah berada di depan.
“Terima kasih sarapannya.” Ucap Shota. Airi tersentak dan dia mengangguk dengan senyum tipis, masih berusaha menikmati sarapannya.
Shota beranjak, dia menatap agak lama kearah Airi sebelum akhirnya mendekati perempuan itu. Sebelah tangannya menyelipkan helaian rambut Airi dibelakang telinga perempuan itu sebelum akhirnya mendaratkan sebuah ciuman di keningnya. Kedua mata Airi membulat, terkejut dengan apa yang dilakukan Shota padanya. Ciumannya itu berlangsung agak lama, lamanya sama dengan apa yang Airi lakukan semalam pada Shota. Lelaki itu menjauhkan wajahnya dan tersenyum, menyejajarkan wajahnya pada Airi.
“Ittekimasu.” *
“Itterashai...“
Uhn.... suki dayo Airi menggelengkan kepalanya. Apa yang dia pikirkan barusan?