I Hate u
ShoppiAiri, Angst
Shota, i really hate you.
Shota yang semulanya sedang merebahkan diri di atas sofa ruang istirahat setelah stageplay Dream Boys langsung merubah posisinya menjadi duduk. Pesan mengejutkan dari Airi barusan berhasil membuatnya membuka mata lebar-lebar. Shintaro yang baru membawakan makan malam hari itu mengerutkan kening melihat wajah Shota yang terkejut.
Lelaki itu segera menelpon sang kekasih. Dering terakhir sebelum dijawab oleh mesin menampilkan suara kekasihnya yang begitu lembut. “Apa maksud pesanmu barusan? Kau bercanda kan?” Shota memberi isyarat Shintaro untuk diam sejenak sementara dia berbolak-balik layaknya mesin pelurus pakaian.
“Tidak.” Airi Minamoto membalas lamat-lamat. “Aku membencimu, Shota.” Lanjutnya. Shota jelas tertawa mendengar suara Airi barusan. “Kau bercanda. Pasti Truth or Dare nya Koji dan Tsuki, iya, 'kan?”
“Aku tidak sedang bersama Koji & Tsuki.” Kata Airi. Suaranya kali ini terdengar begitu datar. Shota mulai merasakan keseriusan Airi hanya dengan lewat telepon itu.
Hening sejenak. “Kamu mau kemana, Ai? Tunggu aku, ya, aku pulang sekarang.” Tanya Shota dengan suara yang berusaha dia stabilkan. Rasa cemas tiba-tiba menyelusup di hatinya. Dia segera kembali dan mengambil jaketnya.
“Aku gak mau ketemu kamu, Shota.” Kata Airi. Shota mengernyit. “Kamu kenapa? Ada apa?” Tanya Shota lembut sambil dia mencoba mencari taksi yang lewat di sekitar Enbujo.
“Please make it easy for me...” Suara Airi yang tadinya datar sekarang berubah parau. “Apa? Apa yang—?” Sambungan telepon terputus sebelum Shota bisa mendengar suara Airi lagi.
Tidak. Dia tidak bisa tinggal diam disini. Tidak menemukan taksi yang membawanya ke Airi, Shota akan pilih lari ke stasiun terdekat dan naik kereta.
Sambil terus mencoba menelpon Airi, Shota memasuki stasiun di dekat sana, mencari peron menuju destinasinya. Masih sambil mencoba menghubungi Airi, kereta milik Shota datang, lelaki itu langsung masuk tanpa berpikir panjang. Otaknya benar-benar dipenuhi oleh Airi saat ini. Ada apa pada perempuan itu? Apa yang terjadi padanya?
Shota keluar dari kereta saat benda itu sampai di tujuannya. Masih mencoba menelpon Airi, Shota terdiam di tengah keramaian stasiun. Suara mesin penjawab telepon menyapa indera pendengarannya. Di tengah keramaian itu, suara-suara orang yang berlalu lalang seperti senyap oleh sebuah kalimat, “Nomor yang ada tuju tidak terdaftar. Silahkan periksa kembali.”
Shota mengerjap. Dia menatap ponselnya bingung sementara tangannya mulai gemetar dan dadanya sesak.
“Loh...? Kenapa aku disini?”
Di tengah keramaian itu, Shota meremas ponsel dan juga dadanya. Suara isakan terdengar samar di tengah keramaian itu sementara jemarinya tanpa dia sadari menghapus seluruh kontak bernama Airi.
“Sedang apa aku disini...?”