! image
Do not Touch!
ShoppiAiri, Typo, Cringe
“Ah, anda datang lagi.” Seorang petugas di meseum sejarah Jepang itu datang menyapanya. Sepertinya petugas itu sedang berkeliling. Watanabe Shota yang hari itu tidak mengenakan topi khasnya tersenyum dengan santai. Matanya masih sibuk memandangi sebuah masterpiece—menurutnya, yang ada di meseum itu.
“Anda selalu saja memandangi patung ini. Tidak tertarik berkeliling?” Tanya sang petugas. Shota menggeleng. “Aku sudah tahu semua isi meseum ini dan mereka membuatku bosan, kecuali yang satu ini.” Jawab Shota.
Sang petugas mengangguk sambil tersenyum. Kedua tangannya terlipat di depan. “Saya bisa tahu dari seberapa seringnya anda kesini hanya untuk memandanginya.” Katanya.
Shota terkekeh. “Baiklah. Saya akan kembali berkeliling. Nikmati waktu anda, Watanabe-san.” Ucap sang petugas sambil berlalu membawa senternya.
Sementara itu, Shota melanjutkan kegiatannya di tengah meseum yang sepi itu. Berdiri di depan sebuah patung yang memiliki keterangan, “The Last Waterbender in Japan”
Sosok patung perempuan dengan fitur wajah yang sangat familiar untuknya. Patung itu mengenakan sebuah veil transparan berbahan kain tule putih sementara tubuhnya dibalut oleh mini dress berwarna hitam.
Airi memandangi Shota dengan tatapan penuh luka dibalik matanya yang berkaca-kaca. Dia bersimpuh di depan dewa Ameterasu dengan disaksikan oleh beberapa orang penting yang menjaga wilayah kramat di Jepang itu.
Shota yang berdiri tidak jauh dari sana hanya bisa mengepalkan tangan dan memejamkan mata kala sang dewa melayangkan pedangnya untuk menebas Airi. Dia tidak bisa melihat Airi dieksekusi di depan matanya, sudah cukup dewa menghukumnya dengan mengeksekusi kekasihnya, karena sudah membunuh makhluk tidak bersalah.
Begitu dia membuka mata Airi sudah tidak ada disana. Hanya sebuah butiran-butiran berwarna kuning keemasan yang menguap ke langit.
Sejak saat itu Shota tidak pernah lagi melihat Airi. Perempuan yang dia sayangi itu benar benar menghilang dari kehidupannya sampai saat ini.
Shota menghela napas. Dia mengeluarkan kedua tangannya yang tersembunyi di balik saku mantel hitam panjangnya. Di balik bias cahaya yang menyorot kearah patung tersebut, wajah Shota yang memandang sendu sang patung.
Kaki kakinya melangkah, sedikit mendekat kearah patung perempuan tersebut. Di dekat sana ada sebuah papan bertuliskan “Jangan sentuh”.
Shota tersenyum. Dia mendongak, menatap sosok patung yang berdiri di hadapannya ini. Lelaki itu memejamkan matanya. Dalam sesaat tubuhnya sudah melayang. Sosok bernama lengkap Watanabe Shota itu naik keatas pijakan patung tersebut. Sekarang dia benar-benar berhadapan dengan sosok patung perempuan itu. Sosok yang fitur wajahnya sangat mirip dengan Airi. Sungguhan Airi mungkin kalau Shota ingin berpikiran gila.
Dia menyentuh pipi patung tersebut, mengucapkan sebuah maaf dan mengecup pipi patung itu. Meski tulisan di samping patung tersebut sudah jelas tertulis “Jangan sentuh”
Memang peraturan ada untuk dilanggar demi menambah adrenalin.
Shota duduk di atas kursi bis yang membawanya kembali ke rumahnya. Bis itu tidak terlalu ramai tapi juga tidak sepi. Lelaki dengan topi fedora di pangkuannya itu baru saja selesai menjemput nyawa orang-orang yang mengalami kecelakaan beruntun di tol.
Harusnya atasan memberinya kendaraan pribadi tidak, sih? Jujur saja, Shota malas bolak balik dengan kendaraan umum. Memakan waktu meski dia bisa melakukan teleportasi. Hanya saja dia tidak bisa seenaknya melakukan teleportasi seperti dulu.
Perjalanan menuju halte dimana Shota turun nanti memakan waktu lima belas menit. Lelaki itu bersiap untuk turun setelah menekan tombol di dekat kursinya. Dia beranjak. Bis tersebut berhenti di depan sebuah halte.
Shota melangkah turun, bersamaan dengan langkah kaki beralaskan heels hitam yang hendak masuk. Shota meliriknya. Sosok perempuan bergaun cocktail kuning keemasan itu masuk ke dalam bis yang dinaiki Shota. Shota sempat terkesima melihatnya. Seperti ada sesuatu yang melekat pada perempuan itu, yang membuatnya begitu tertarik.
Rambut cokelat kehitamannya yang bergelombang bergoyang pelan saat dia berjalan melewati Shota dan duduk di kursi yang sebelumnya di duduki oleh lelaki itu. Yang membuatnya semakin terkejut adalah perempuan itu seperti Airi. Bahkan Shota berpikir dia adalah reinkarnasi Airi.
Apakah dia Airi?
“Anda mau turun atau tidak?” Suara supir bis mengintrupsi lamunannya. “Ah... Maaf.” Shota segera turun dan bis itu kembali melaju meninggalkan Shota.
Lelaki itu memandangi bis yang perlahan menjauh itu. Dia membulatkan matanya kala menyadari butiran-butiran debu berwarna kuning keemasan yang berterbangan tipis melewatinya.
Shota semakin yakin bahwa perempuan tadi adalah Airi. Reinkarnasi dari kekasihnya.
Beberapa petugas meseum sekaligus supervisor tempat tersebut berdiri dengan wajah penuh kebingungan. Mereka menatap cukup lama patung yang bertuliskan The Last Waterbender itu. Patung yang sebelumnya memiliki guratan wajah seperti manusia itu sekarang berubah menjadi guratan khas sebuah patung pahatan.
“Bagaimana...?”
“Apakah ada yang sempat menyentuhnya?”
“Saya rasa tidak...”