1. Killin' Me Good
ShoppiAiri, Typo
Shota menarik tangan Airi yang sedang sibuk mengancingkan blousenya. Sementara sebelah tangan Shota menyelusup dibalik blouse itu dan merangkul pinggang sang kekasih.
“Ai, mau cium...” bisik Shota, menempelkan ujung hidung mereka. Airi mengerjap. Tangan Shota yang lain menyingkirkan sedikit helaian rambut Airi yang menjuntai membingkai wajahnya.
“Cium saja. Kenapa izin lagi?” Balas Airi bingung. Tanpa berpikir dua kali, Shota mencium Airi. Dia mengecup berulang kali bibir atas Airi sementara Airi meremas pundak Shota, menahan desahan tipis yang tertahan di bibirnya yang sedang 'dilahap' oleh sang kekasih.
Kaki belakang Airi menyentuh pinggir tempat tidur. Perempuan itu membuka matanya, melihat wajah Shota yang begitu dekat dengannya sementara bibir Shota masih menciumi miliknya.
“Shota...” panggil Airi pelan saat Shota melepaskan bibirnya dan sekarang sedang menciumi lehernya. Kancing blouse Airi yang tadinya sudah terkancing dengan benar kembali terbuka akibat tangan nakal Shota, menurunkan blouse hitam putih milik Airi itu hingga pundak kanan sang kekasih terekspos.
“Hmm?”
“Manajer mungkin sudah menunggu ...” kata Airi.
Shota mengangkat wajahnya dari pangkal leher Airi dan menatap sang kesayangan dengan tatapan lembut sembari mengusap pipinya dengan punggung tangannya. “Tidak bisa menunggu sepuluh menit lagi? Aku masih ingin menciumi canduku...” kata Shota.
Airi tersenyum tipis, menahan salah tingkahnya meski pipinya sekarang mungkin sudah memerah tipis.
“Bisa dilanjutkan nanti malam.” Kata Airi. Shota menggeleng. “Tidak mau. Kamu suka tiba-tiba mengabari tidak bisa pulang. Aku tidak mau solo karir.” Gerutu Shota.
Airi terkekeh. “Tidak usah solo karir. Shota bisa menelponku dan kita bisa duet bersama lewat telepon.” Ujar Airi tanpa dia sadari.
Shota menyeringai. “Nakal sekali perempuanku ini. Belajar dirty talk dari siapa, hm?” Shota kembali menciumi leher Airi.
Airi mengerjap. Dia baru menyadari ucapan 'kotor' nya barusan. Wajahnya semakin memanas saat ini. “Darimu.” Tukasnya.
“Sudah ya, aku terlambat.” Airi mendorong Shota menjauh dan mengambil jaket beserta topinya, tidak lupa tas selempangnya. Kalau tidak dihentikan, mereka akan meneruskan kegiatan mereka jadi bercinta, sayangnya Airi harus menolaknya karena dia sedang ada jadwal yang tidak bisa ditinggal.
Shota menghela napas, menjatuhkan dirinya di atas ranjang mereka sembari menatap pintu kamar yang tertutup itu.
“Ahh~ aku akan merindukannya~” guman Shota, menarik napas dalam-dalam, memeluk bantal yang biasa Airi gunakan untuk tidur. Semoga saja perempuan itu benar-benar pulang.