Kue Keju Lemon
TsukiAiri, Friendship, Typo, Cringe
Tsuki dengan penampilan andalannya—kaos putih dengan gambar random dan baggy jeans beserta sepatu kets putih hitam dengan shoulder bag Gucci langganan dipakainya serta tentu saja kacamata kuning andalannya, sampai di rumah sakit. Untung saja perempuan itu kali ini datang juga dengan mengenakan bucket hat berwarna hitam yang menutupi sebagian wajahnya.
Langkahnya terus bergerak dengan pasti menuju kamar yang baru sekali dia kunjungi itu. Hari itu adalah hari liburnya sebelum RED*ONE memulai lagi konser tur dunia mereka. Perjalanan mereka cukup panjang sehingga agensi memberi beberapa jeda untuk mereka beristirahat atau menyelesaikan jadwal pekerjaan mereka yang lain.
Karena hari itu Tsuki memang libur, dia berniat untuk menjenguk sahabatnya yang baru dua minggu siuman dari kondisi semi-koma. Tsuki benar-benar khawatir saat mengetahui sahabatnya itu dalam kondisi antara hidup dan mati seperti itu. Dia sendiri tidak bisa membayangkan akan seperti apa kesehariannya tanpa sahabatnya itu meski mereka juga mulai jarang bertemu karena kesibukan masing-masing.
Dari kejauhan, Tsuki bisa melihat sosok yang familiar sedang mencoba berjalan menyusuri lorong yang tidak begitu ramai itu bersama seorang perawat perempuan yang membantunya. Tsuki semakin mendekat dan sadar bahwa sosok itu adalah Minamoto Airi—sahabatnya. Sang perawat menyadari kehadiran Tsuki dan hendak memberitahu Airi, namun perempuan bermarga Matsumoto itu langsung meletakan telunjuknya di dekat bibirnya, meminta sang perawat untuk tidak mengatakan apapun dan memberikan kode padanya untuk berganti menuntun Airi yang sedang fisioterapi pasca empat bulan tidak sadarkan diri dan terbaring saja di atas ranjang.
Pasti otot dan persendiannya sangat kaku. Sang perawat melepaskan tuntunannya dan bergantian dengan Tsuki, perempuan itu langsung memegang siku Airi dan bahu perempuan itu, yang tidak dia duga selanjutnya adalah Airi yang tiba-tiba saja berteriak histeris dan mendorongnya.
Sosok perempuan bermarga Minamoto itu terjatuh dengan posisi menghadap kearahnya. Tsuki mengerjap karena terkejut dengan reaksi yang diberikan oleh Airi barusan. Tas kertas yang berisi kudapan favorit Airi itu terlepas dari tangannya, sementara Tsuki hanya berfokus pada Airi yang menatapnya dengan sorot penuh rasa takut dan dia bisa melihat tangan perempuan itu sedikit gemetar. Ada apa ini?
“Airi?” panggil Tsuki. Begitu, Tsuki mendekat dengan pelan seraya memanggil namanya, Airi sedikit lebih tenang dan menghembuskan napasnya. Dia meraih tangan Tsuki yang terulur kearahnya. Meremas sedikit ujung kaos lengan pendek yang dikenakannya.
“Ma-Maaf, aku kira siapa....” katanya dengan suara serak. Airi berdehem. Tsuki dan sang perawat membantu Airi untuk bangun. Sang perawat bertanya apakah Airi masih ingin latihan atau menyudahi saja untuk hari itu. Airi jelas memilih pilihan kedua. Mereka membantu Airi untuk duduk kembali di kursi rodanya dan sang perawat membawa Airi lebih dulu menuju kamarnya.
Tsuki mengambil tas kertas yang sempat terlempar dari genggamannya. Tsuki menghela napas mendapati kotak berisi kue keju lemon favorit Airi sudah sedikit tidak berbentuk akibat guncangan tadi.
Tsuki mengerjap pelan. Apakah kondisi Airi sama seperti kue ini?