Lemon Cheese Cake
ShoppiAiri, Typo, Cringe
Airi yang sedang bermain dengan Mocca di atas karpet bulu di depan televisi itu dikagetkan dengan Shota yang tiba-tiba memeluknya dari belakang dan memeluknya erat bersama Mocca. Kucing itu langsung mendesis kearah Shota dan melompat. Tidak suka jika babunya dimiliki kembali oleh sang lelaki. Shota berdecak. “Kau sudah sering bermain dengan Airi, Mocca!” gerutu Shota.
Airi yang sedang salah tingkah karena tiba-tiba dipeluk sang kekasih hanya tertawa. Kucing itu akhirnya naik ke atas sofa dan berputar-putar sebelum akhirnya tidur disana. Airi dan Shota diam dalam posisi itu selama beberapa saat. “Hari ini mau kemana?” tanya Shota.
Airi menghela napas dan bersandar pada pelukan Shota. “Aku mau di rumah aja.” Katanya. Beberapa hari ini semua jadwalnya dilakukan di luar rumah dan jujur saja untuk introvert seperti Airi benar-benar menguras energi. Apalagi beberapa kali rasa takutnya kembali karena beberapa kali berpapasan dengan pengantar paket. Sial. Dia jadi parno dengan kurir.
Shota mengangguk. Dia meletakan dagunya di puncak kepala Airi dan merenggangkan sedikit dekapannya begitu Airi sudah bersandar sepenuhnya pada pelukannya. “Hari ini Shota libur juga?” tanya Airi pelan. Sepertinya perempuan itu mulai diserang rasa kantuk karena seharian ini membereskan apartemen mereka, mulai dari mencuci baju dan membereskan kamar karena permainan mereka semalam. Ya. Tahu ya, mereka ngapain.
Shota mundur sedikit kearah sofa dan bersandar pada kursi panjang tersebut sambil terus memeluk Airi. Sesekali tangannya mengusap punggung tangan Airi yang ada dipangkuannya. “Iya. Aku minta jatah liburku hari ini supaya bisa nemenin Airi.” Jawabnya.
Airi mengangguk. Perempuan itu membetulkan posisinya, rambut pendek sebahunya yang diikat satu itu dilonggarkan dan Airi semakin bersandar pada Shota. “Baiklah. Aku tidur sebentar ya.” katanya. Hari itu kantuknya benar-benar tidak bisa ditahan. Selain karena semalam mereka bercinta juga Airi yang pulang cukup larut dan hari itu dia bangun pagi untuk mencuci baju serta membereskan apartemen mereka. Jelas Shota juga membantu dengan membersihkan kamar mandi. Sesekali kamar mandi perlu disikat.
“Tumben sekali kamu tidur dipelukanku,” Kata Shota sebelum Airi benar-benar terlelap. Airi terkekeh. “jangan lama-lama seperti waktu itu ya. Kau membuatku takut.” Lanjutnya. Airi mengangguk tanpa menjawab perkataan Shota. Dia memeluk tangan Shota yang melingkar di tubuhnya sementara kedua matanya dipejamkan.
Airi tidak tahu sudah berapa lama dia tertidur yang pasti di luar sudah gelap dan terdengar samar suara hujan serta gemuruh petir yang sesekali terdengar. Airi sadar dirinya sudah tertidur diatas sofa dengan selimut berbulu serta Mocca yang sedang duduk ala Spinx di atasnya. Kedua matanya yang bulat menatap kearah Airi langsung membuat Airi serta merta terkejut ditatap oleh sang kucing.
Mocca langsung loncat turun dan menghampiri Shota yang sedang duduk di atas kursi makan sembari menyeruput kopinya. Kucing itu naik ke kursi di sebelah Shota dan duduk disana dengan nyaman. Aneh sekali. Airi bangkit dari posisinya dan menguap, merenggangkan tubuhnya dan mengerjapkan mata untuk memfokuskan kesadarannya.
“Ohayou, Airi.” Sapa Shota. Airi tidak langsung membalas, dia terdiam sejenak melihat kearah balkon apartemen mereka, memastikan bahwa pakaian yang dia jemur disana sudah diamankan sebelum hujan turun tadi. “Tenang, pakaian yang dicuci tadi pagi sudah kering semua.” Shota berujar lagi kala melihat kekhawatiran yang terpancar dari raut Airi.
Airi bangkit dengan langkah sedikit terhuyung karena baru saja sadar dari tidur siangnya. Dia duduk tepat dihadapan Shota dan bertopang dagu. “Sudah makan malam?” tanyanya. Shota menggeleng. Dia mengulurkan tangan untuk menyingkirkan sedikit anak rambut yang menghalangi wajah kesayangannya. Airi melepaskan ikatan rambutnya yang kendur dan menyimpan karet rambut hitamnya di pergelangan tangan.
“Hari ini aku mau mengemil saja. Tadi aku udah delivery dessert. Gapapa ya?” tanya Shota. Airi mengangguk pelan. Belakangan ini Shota jadi lebih perhatian padanya—ya sebenarnya dia selalu perhatian pada Airi hanya saja sejak penyerangan itu perhatiannya jadi sangat bisa Airi rasakan.
Shota bangkit dari duduknya, membuatkannya segelas cokelat hangat dan mengeluarkan seporsi potongan segitiga kue kesukaannya, Lemon Cheese Cake dengan lemon slice diatasnya sebagai garnish. Shota meletakan gelas dan piring itu di hadapan Airi dan duduk di sebelahnya sementara Mocca masih asyik memandikan tubuhnya di kursi di sebelah kursi yang tadi diduduki Shota.
“Panas dan dingin ya.” kata Airi dengan tawanya yang kecil. Shota mengangguk dengan wajah sedikit meranum. Dia sedikit mendekatkan bibirnya ke telinga Airi dan menyeringai. “Seperti kegiatan kita tadi malam.” Bisiknya.
Airi langsung merasakan sekujur tubuhnya merinding dan wajahnya memanas. Sialan kau, Watanabe. Bisiknya dalam hati karena sekarang jantungnya berdetak sangat cepat. Dia berdecak dan pura-pura kesal dengan mendorong Shota menjauh darinya. Lelaki itu tertawa melihat wajah Airi yang memerah. Airi mengambil sendok di sebelah piring itu dan hendak menyantap kue favoritnya itu. Suapan pertama dia bisa merasakan rasa manis dan juga asam yang begitu kuat namun Airi suka sensasinya. Menyegarkan. Dia hendak mengambil garnish diatas slice kue tersebut saat menyadari ada sebuah benda berbentuk seperti cincin tergantung di ujung slice garnish berupa lemon itu.
Dia menoleh kearah Shota dan menatapnya agak lama sementara Shota membalasnya dengan sebuah senyuman lembut. “Minamoto Airi,” Suara Shota terdengar memanggil namanya lembut. Jemarinya terangkat dan menyelipkan helaian rambut Airi yang membingkai wajahnya di balik telinga sang wanita. “maukah kamu menjadi istriku?”
Airi tidak bisa merespon. Terlalu terkejut dengan lamaran Shota yang tiba-tiba. Bahkan dia bisa merasakan jantungnya yang berhenti sepersekian detik sebelum akhirnya langsung berdetak begitu cepat. Dia sampai tidak bisa merasakan tubuhnya sendiri. Di depannya Shota masih menatapnya dengan lembut dan mengusap pipinya lembut.
Namun, otaknya tiba-tiba membuat sebuah visualisasi menyeramkan. Dia melihat sosok yang menyerangnya ada di belakang Shota, menatapnya dengan penuh kebencian. Tangan orang itu terulur kearah leher Shota dan membuat Airi menjerit sambil melompat kearah Shota dan memeluk lelaki itu erat-erat. Bahkan Mocca langsung bangun dari posisinya dan berlari kembali ke atas sofa.
“Tidak boleh!”
Shota yang terkejut dengan teriakan serta pelukan Airi yang tiba-tiba serta gumamannya hanya bisa terdiam. Menenangkan sang kekasih yang tiba-tiba saja terisak di bahunya, memeluknya erat-erat seakan tidak ingin kehilangannya.
Airi... Sebenarnya ada apa?