Pertama Kalinya

MinaRau, NSFW, Typo, Cringe


“Kak Mina...” Raul memanggil namanya yang sedang sibuk mencuci piring bekas mereka makan malam hari itu. Mina menjawab panggilan Raul dengan gumaman pelan. Tangannya yang sedang memegang piring yang dipenuhi sabun itu nyaris terpleset kala Mina merasakan tangan Raul yang besar itu menyelusup masuk ke dalam kaosnya. Mengusap perlahan kulit dibawah kaos itu. Sedangkan kepala pemuda jangkung bermarga Murakami itu bersandar di bahunya. Sesekali memberikan kecupan yang ceroboh di perpotongan leher Mina yang tidak tertutupi sehelai rambut.

“Aku mau kak Mina hari ini. Boleh?” Mina menggigit bibirnya, masih berusaha menahan suara desahan yang bisa keluar kapan saja karena Raul yang tidak mau berhenti menciumi lehernya. Ciuman Raul selalu berbeda. Apa karena anak ini belum punya pengalaman sebelumnya?

“Ra-Raul, aku belum selesai cuci piring.” Ucap Mina. Dia mengedikkan bahunya begitu Raul menghisap sedikit kulit lehernya. Tangan Raul yang semula berdiam diri di balik kaosnya kini sudah ikut membantunya mencuci piring. Tanpa merubah posisi, Raul membantu Mina membilas piring-piring yang sudah dicuci bersih dan meletakannya di rak sebelah wastafel itu. Sesekali Raul mendaratkan ciuman kecil di pipi Mina.

Selesai dengan piring terakhir, Mina memutar kran air itu agar tertutup dan Raul langsung memutar tubuh Mina kearahnya. Sepasang tangannya yang besar itu kini menangkup wajah Mina. “Aku cium kak Mina sekarang ya.” Raul meminta izin. Mina menahan senyum gelinya dan mengangguk.

Dengan gerakan perlahan dan lembut, Raul menempelkan kedua bibir mereka. Awalnya hanya sebuah kecupan-kecupan kecil yang ceroboh dan ragu, lama-lama berubah menjadi sebuah lumatan. Baik Raul dan Mina sama-sama menikmati cumbuan yang mereka lakukan.

Raul melepaskan cumbuan mereka sebentar, dia menekan sedikit kedua pipi Mina dengan telapak tangannya membuat bibir Mina terbuka sedikit. Raul mendekat kembali. Bibir mereka beradu. Raul mencoba berani untuk memasukkan lidahnya ke dalam mulut perempuan di depannya yang tersentak kaget.

Tangan Raul diletakkan di punggung Mina, di balik kaos yang dikenakan perempuan ini. Mina bisa merasakan tubuhnya berjengit sedikit merasakan sensasi dingin dari tangan Raul yang setengah basah, mengusap punggungnya perlahan, memberikan ketenangan pada perempuan di pelukannya saat ini. Bersamaan dengan tubuh Mina yang rileks, Raul menyapukan lidahnya dengan gerakan tidak teratur di dalam mulut Mina.

Tangan Mina yang sedari tadi di bahu Raul, mulai mengepal, meremas kaos abu-abu yang dikenakan Raul, ia mengeluarkan suara-suara yang tertahan di mulutnya.

Raul memundurkan kepalanya. Sepasang mata keduanya bersitatap. Mina menatap sayu kearah Raul. Napas keduanya jelas terengah. Mina tidak berekspektasi bahwa ciuman Raul akan terasa memabukkan padahal seingat Mina ini pertama kalinya bagi Raul berciuman panas seperti itu.

Jemari Raul menyingkirkan helaian rambut Mina yang terlepas dari ikatannya dan menutupi sebagian wajahnya itu diselipkan di balik telinga Mina. “Kak Mina mau di kamar atau di sofa?” Wajah Mina meranum saat Raul bertanya dimana mereka akan melanjutkan kegiatan mereka.

Pandangan Mina bergerak tidak beraturan. Perempuan itu semakin malu begitu dia mengingat kejadian dimana Raul dan Mina yang nyaris melakukannya di sofa terpaksa terhenti karena Koji, Tsuki dan Haruna yang datang berkunjung tanpa memencet bel.

Jadi, mungkin, “Kurasa kamar lebih aman...” Mina berujar dengan nada ragu. Raul mengangguk. “Benar juga. Supaya tidak ada yang ganggu. Baiklah.”

Raul menarik tangan Mina. Pemuda itu tidak berhenti menatap kearahnya dengan senyuman lembut di wajahnya. Mina semakin yakin bahwa sekarang wajahnya sudah meranum semerah buah tomat. Keduanya masuk ke dalam kamar dan Raul langsung mengunci pintu kamar itu dua kali.

Raul mendekat kearah Mina yang berdiri di tengah kamarnya. Keduanya saling bertukar pandangan, Raul menempelkan keningnya di kening Mina sebelum mendaratkan kecupan singkat di kening kesayangannya ini.

Sementara, Raul mencoba membuat Mina rileks dengan apa yang dikatakan oleh Shota padahanya, kedua tangannya menyelinap masuk ke dalam kaos Mina. Raul baru sadar bahwa kulit Mina sangat lembut dan pemuda itu sangat menyukainya.

Tangan Raul semakin naik keatas dan nyaris menyentuh dada Mina. Raul menjauhkan diri dan menatap lamat-lamat Mina yang balas menatapnya bingung. “Kak Mina... Boleh?” Tanyanya. Begitu Raul bertanya, dia baru sadar saat ini tangan Raul memegang dadanya. Mina mengangguk pelan.

Tanpa ragu lagi, Raul meremas pelan dada Mina, mengundang desahan teriakan tertahan dari perempuan di hadapannya. Sial... Mina mengumpat dalam hati. Dia refleks melingkarkan tangannya di leher Raul. Sementara tangan kanan Raul meremas-remas dadanya, tangan kirinya mencoba melepas kaitan bra yang dikenakan Mina.

Tidak mudah. Raul sampai harus pura-pura menciumi leher Mina lagi untuk melihat lebih jelas posisi kaitan bra Mina di punggung perempuan itu. Gerakan Raul terhenti saat terdengar tawa kecil Mina yang menggantikan desahannya sedari tadi. Mina melepaskan diri sebentar dari Raul dan tersenyum.

“Biar aku yang lepas.” Mina mengulurkan kedua tangan ke ke punggungnya dan melepas kaitan bra nya dengan mudah mengundang ekspresi sebal Raul. Bibirnya mengerucut. Mina kembali mengalungkan tangannya di leher Raul dan mengecup lembut bibir kesayangannya yang maju beberapa senti itu.

“Nanti latihan lagi.” Mendengar kata 'latihan' hanya untuk melepas kaitan bra membuat telinga Raul memerah. Pemuda itu menghela napas dan mengangkat kaos Mina untuk dia lepas beserta bra yang sudah terlepas sempurna. Sekarang gantian Mina yang memerah. Saat ini dia benar-benar setengah telanjang di depan Raul. Mina refleks menutupi daerah dadanya. Sementara Raul sempat memandangi takjub kearah kulit Mina yang bersih dan terlihat lembut.

“Kak Mina gak mau bantuin aku buka baju?” Tanya Raul, sembari jemari tangannya terulur, memainkan puting Mina. Perempuan bermarga Miyahara itu menarik napasnya sambil mengabaikan sensasi geli dan menggelitik di perutnya saat Raul merangsang putingnya.

Mina menarik keatas kaos yang dikenakan Raul, pemuda itu membantu dengan melepaskan kaos itu dari kepalanya. Sekarang keduanya sama-sama bertelanjang dada, masih berdiri berhadapan sementara Raul menahan tubuh Mina yang mulai kehilangan keseimbangannya. Kali ini, sambil memainkan dada Mina, Raul mencium leher Mina lagi.

Mina semakin menahan suaranya untuk keluar, saat Raul mulai bertindak lebih seperti menjilat, menggigit, bahkan menghisap kulit lehernya.

“Rau—Ah!” Desahan Mina lolos dari mulutnya. “Rau—hhh.” Raul tersenyum. Dia senang karena dia bisa membuat kesayangannya mengeluarkan suara satisifiednya.

Mengecup sekali lagi tanda kemerahan yang berhasil dibuatnya, Raul mendorong tubuh Mina perlahan keatas kasur. Sementara Mina melepaskan celana panjang piyama yang dikenakannya dan Raul ikut melakukan hal yang sama dan hanya menyisakan boksernya.

“Kak Mina cantik...” Raul berucap lembut sembari mencium pelan kelopak kanan Mina. Mina terkekeh. “Aku cantiknya cuma pas telanjang aja?” Goda Mina. Raul menggeleng. “Semuanya. Semuanya yang ada di kak Mina itu cantik.”

Sial, aku salah tingkah dengan anak ini... Mina berdecak pelan.

Raul tertawa pelan sebelum mencium candunya sekali lagi, sementara tangannya bergerak menyusuri kulit Mina yang terekspos dihadapannya. Hingga tangannya berhenti pada area sensitif Mina yang masih terbungkus celana dalam yang sudah basah. Jemarinya dengan ceroboh menyentuh bagian dalam milik Mina yang masih tertutupi celana dalam itu.

Justru dengan gerakan Raul yang seperti itu mengundang desahan Mina, nyaris membuat perempuan itu melengkungkan punggungnya. “Kak, basah banget...” Katanya dengan nada polos.

Mina menutup mulutnya dengan tangan, menahan tawa. “Ini aku masukin ya...” Tawa tertahan yang dia tahan sekuat tenaga berganti dengan desahan saat Raul memasukkan jarinya ke dalam area sensitif Mina. Tubuh Mina bergetar. Punggungnya sedikit melengkung. Memanggil nama Raul berulang kali.

Raul mulai memainkan telunjuknya di dalam kemaluan Mina, menggerakkannya perlahan. Seruan dari mulut Mina makin tak terkendali saat Raul memasukkan jari yang kedua. Sementara Mina merasakan sekujur tubuhnya panas. Padahal udara sedang dingin dan dia sudah menyalakan pendingin ruangan disana. Tubuh keduanya bermandikan keringat akibat kegiatan panas yang mereka lakukan.

Merasa terganggu dengan kain yang menutupi area sensitif Mina, Raul menarik keluar jarinya dan melepaskan celana dalam Mina, tidak menyisakan sehelai benangpun di tubuh kesayangannya saat ini.

“Masukin lagi kak?”

Raul baru hendak memasukkan kembali kedua jarinya ke dalam kemaluan Mina sebelum mengingat 'nasihat' Koji padanya untuk sebisa menanyakan pendapat pasangan saat melakukan seks.

Mina menatap Raul dengan pandangan sayu dan napas terengah. Dia menggeleng. Mina mengangkat tubuhnya sedikit, Raul langsung melingkarkan sebelah lengannya di pinggang Mina. Sementara, tangan Mina membantu Raul melepaskan boksernya.

“Masukin ini aja.” Raul terkesiap saat Mina menggenggam area sensitif miliknya yang sudah menegang itu. “K-Kak Mina!—Ughh!” Raul sampai harus menutup mulutnya saat Mina dengan tak sengaja meremasnya, membuatnya mengeluarkan suara basah.

Raul langsung melepaskan tangan Mina dari miliknya dan mendorong perempuan itu untuk kembali berbaring. “Sebentar, kak... Kata Koji-kun, harus pakai kondom...” Raul bangkit dari posisinya namun Mina menahannya. Dia menyuruh Raul diam di posisinya dan perempuan itu mengambil sebungkus kondom dari laci di sebelah kasurnya.

“Kok kak Mina punya stok kondom?” Tanya Raul. Mina tersenyum. “Hmmm gak tau. Aku nemu pas beres-beres kamar...” Ucap Mina ikut bingung.

“Mau Raul atau aku yang pakein?” Tanya Mina. Wajah Raul memerah. Kedua matanya mengerjap. Raul menggeleng. “Biar aku aja.” Katanya mengambil kondom dari tangan Mina, membuka bungkusnya dan memasang pengaman itu pada miliknya, tanpa hambatan.

“Raul jago ya.” Ucap Mina dengan suara pelan, Raul terdiam selama beberapa saat, merasakan sedikit rasa senang di benaknya saat Mina memujinya.

“Makasih, kak,” balasnya tersipu. “aku masuk ya.” Mina mengalungkan lengannya pada leher Raul saat pemuda itu memposisikan diri di atasnya. Raul meletakkan tangan kanannya pada bantal di atas kepala Mina, sedangkan tangan kirinya menggenggam paha atas Mina—sebagai tumpuan. Dia juga menarik selimut biru tua untuk menutupi sedikit tubuh keduanya.

Raul bergerak sedikit memberikan kecupan singkat pada bibir Mina. “Rileks ya, kak... Aku pelan-pelan, kok...” Bisik Raul dengan suaranya yang rendah.

Perempuan itu mengulum bibirnya, sedikit meredam desahan yang keluar sekaligus menyembunyikan senyumnya yang nyaris terukir di wajahnya. Mina kemudian dengan sengaja mengeluarkan desahan yang lumayan keras saat milik Raul di dalam mencapai titik terbaiknya. Mina tahu Raul menyukai suaranya, karenanya perempuan bermarga Miyahara itu mulai berusaha untuk tidak menahan dirinya. Gerakan dan suaranya pun seirama dengan tempo permainan Raul. Entah sudah berapa ratus kali Mina menyerukan nama Raul malam ini. Meski ini pertama kalinya bagi mereka, tindakan Raul yang terkadang ceroboh dan ragu-ragu membuat gairah di dalam tubuh Mina seperti meledak-ledak.

“U—Ugh... Kak Mina seksi banget sekarang...” Raul berucap dengan suara yang rendah, membuat gejolak gairah seksual Mina semakin meledak. Raul mengklaim bibir Mina untuk kesekian kalinya. Sementara pinggulnya terus bergerak keluar dan masuk dengan kedua kaki Mina yang sekarang melingkar di pinggang Raul.

“Hh—Raul—hh...”

“Iyah, kak...” Sahut Raul sembari mengecup kedua kelopak mata Mina bergantian dan turun menciumi dadanya.

“Ka-kamu boleh cepetan, kok....”

Seulas senyum terbit di wajah pemuda berusia dua puluh dua tahun ini. Raul mencumbu candunya lagi sembari mempercepat ritmenya. Mina mendesah tertahan, meremas punggung dan rambut Raul. Keduanya bertahan agak lama hingga akhirnya Mina merasakan penis Raul berkedut di dalam vaginanya.

Raul melepaskan pagutannya dan memeluk Mina erat-erat, mendesah panjang saat dirinya mengeluarkan cairan—yang tentu saja tertahan oleh kondom yang pakainya, bersama dengan Mina yang juga mencapai puncaknya.

Setelahnya, Raul merebahkan diri di sebelah Mina, sebelum bangkit dengan perlahan untuk membuang kondomnya. Tanpa kata, Raul membaringkan tubuhnya kembali di sebelah Mina, memeluk tubuh kekasihnya itu posesif.

“Raul capek?” Mina tertawa melihat Raul yang memeluknya sembari memejamkan mata. Raul mengangguk pelan. “Enak, tapi capek. Aku gak mau sering-sering kayak Meme.”

Tawa Mina meledak. Raul mengerucutkan bibirnya. “Memangnya kak Mina gak capek?” Tanyanya. Mina mengangguk. “Sama kayak Raul.” Balasnya.

“Tapi, kalo sesekali gak apa-apa ya, kak?” Raul menatapnya dengan kedua mata yang membulat. Mina menahan rasa gemasnya. Dia membalas pelukan Raul.

“Iya. Sesekali aja.”

Tidak terdengar lagi suara dari Raul. “Tapi, syukurlah kali ini gak diganggu sama Haruna-san dan Tsuki-san lagi...” Gumam Raul pelan sebelum akhirnya tertidur. Mina tertawa pelan mendengarnya.

Perempuan itu mengusap wajah Raul yang masih sedikit dipenuhi keringat sisa-sisa mereka bercinta tadi. Disingkirkannya sedikit helaian rambut yang menutupi keningnya.

Mina mengecup lembut kening Raul dan ikut masuk ke dalam mimpi.