Shoppic
Maapkeun atas typo
Sudah terhitung 3 jam Ueda menonton televisi dan Picha yang masih asyik sibuk berselancar di internet, lebih tepatnya di website Johnnys shop, melihat-lihat rilisan baru shoppic King & Prince yang baru merilis double single baru mereka. Tidak jarang Ueda mendengar pekikan gemas dari Picha saat menemukan foto yang menggemaskan, menurutnya. Ueda menyandarkan dengan malas kepalanya ke sandaran sofa, mematikan televisi di depannya. Matanya melirik kearah Picha yang tidak sekalipun menaruh perhatian lebih padanya. Padahal dia sengaja meminta Picha ke apartemennya untuk home date tapi begitu Picha sampai di apartemennya, perempuan itu langsung mengangkat tangan dan tersenyum lebar. “Home datenya nanti saja. Aku mau berburu shoppic Hirano!”
Hirano Sho adalah juniornya di Johnnys. Anggota King & Prince. Well, Hirano memang cukup atraktif. Tidak heran kalau dia jadi member yang paling disukai fans, termasuk Picha juga. Jengah karena tidak diperhatikan Picha, Ueda bangkit dari duduknya, berjalan menghampiri Picha. Pria itu melingkarkan tangannya disekitar bahu dan leher perempuan itu, membuat Picha terkejut. Ueda menopangkan dagunya disebelah wajah Picha. Picha sampai menghentikan kegiatannya dan menegakkan tubuhnya karena terkejut, dia bahkan menahan napas. “Sampai kapan kau menelusuri foto-foto Hirano, cha?”
“Sa-Sampai aku dapat yang paling ganteng.” Sahut Picha agak terbata. Dia berdecak kala merasakan wajahnya memanas karena Ueda sangat dekat dengannya saat ini. “Katamu, semuanya ganteng.” Balas Ueda. Dia mengeratkan pelukannya pada Picha. Aduh, jantung gue... gumam Picha dalam hati. “Kalau begitu, bantu aku pilihkan yang mana!” Ueda terdiam. Tidak membalas ucapan Picha barusan. Ueda mengedikkan bahunya. Dia beranjak, melepaskan dekapannya pada Picha. “Tidak mau.” Katanya, merajuk pelan, meninggalkan Picha yang melongo disana. Dihadapkan oleh Ueda Tatsuya yang sedang ngambek padanya.
PREMAN BISA NGAMBEK YA?
Picha bersandar di dinding gedung Johnnys & Associate itu. Ueda tiba-tiba mengiriminya pesan untuk sepulang kerja, mampir sebentar ke jimusho, ada yang mau dia berikan. Picha jadi terpaksa naik kereta dengan line berlawanan dengan arah dimana apartemennya berada karena Ueda memaksanya atau dia akan minta manajernya untuk menjemput yang tentu saja Picha tidak mau. Gedung belakang jimusho ini memang jadi tempat dia dan Ueda bertemu kalau mereka sedang sama-sama sibuk, well, lebih kepada Ueda yang sibuk sampai mereka tidak bisa bertemu di tempat lain.
Picha sedang mengusap-usap jam tangannya saat sebuah tas kertas nyaris mengenai wajahnya. Dia sudah hendak mengomel kearah orang yang nyaris melemparnya dengan tas kertas itu, kalau saja tidak menyadari orang itu adalah Ueda, pacarnya. Picha berdecak, dia memukul pundak kekasihnya itu. Ueda meringis sembari mengusap-usap pundaknya yang kena hantam Picha. “Kau ini love languagenya kekerasan ya!” gerutu Ueda. Picha menjulurkan lidahnya sembari menerima sodoran tas kertas oleh Ueda. “Cocok lah sama kamu yang yakuza!” ujar Picha. Hening. Kedua sempat terdiam selama beberapa saat. Picha melihat kearah Ueda yang sekarang berdehem dengan kedua telinga yang meranum. Dia menyikut pacarnya itu. “Kau bisa malu ternyata.” Godanya. “Picha berisik banget. Udah itu buruan dibuka dulu!” Ueda mencoba mengelak.
Picha tertawa. Dia merogoh tas kertas itu dan menemukan ‘kotak tahu’ dengan merk Johnnys shop yang khas. “Shoppic? Shoppicnya Hirano?!” Picha memekik tertahan. Ueda tidak membalas. Perempuan itu mengecek isinya namun keningnya mengernyit. Foto Hirano hanya ada seperempatnya dan sisanya foto Ueda semua dan foto bergrup.
“Apa maksud?” Picha menyipitkan matanya kearah Ueda, meminta penjelasan. “Ya... Biar kamu mandanginnya aku aja...” katanya dengan suara yang pelan. Picha menahan tawa, meski wajahnya memanas saat ini. Dia mendengkus. “Bisa-bisanya yakuza cemburu sama selembar foto.” Picha mencibir. Ueda melotot. “Mana ada selembar! Itu foto Hirano banyak banget ya!!” Serunya kesal sembari menunjuk-nunjuk kearah ‘kotak tahu’ di tangan Picha. Perempuan itu tertawa melihat reaksi pacarnya. Tidak bisa lagi menahan rasa gelinya.
“Dasar yakuza marsmallow.”
Fireworks
LDR memang bukan hubungan yang ingin Ueda Tatsuya jalani, Picha apalagi. Tapi, tuntutan pekerjaan kali ini membuat Picha harus dimutasi ke ujung Jepang, Hokkaido. Besok sudah tahun baru dan Picha lebih memilih menghabiskan waktu di dalam apartemen milik kantornya ini. Cuaca di luar sudah minus dan ditambah sejak turun salju.
Lagipula, Picha tidak punya banyak teman dekat yang bisa dia ajak untuk menikmati malam tahun baru bersama. “Ah, sial, dingin sekali.” Picha segera membawa mug berisi cokelat panasnya ke ruang televisi yang sedang menyala, menampilkan drama spesial menuju tahun baru. Dihelanya napas beberapa kali. Matanya sempat melirik kearah ponsel yang tergelatak diatas meja. Tidak ada tanda satupun pesan yang masuk. Ueda dan KAT-TUN pasti sedang sibuk dengan Johnnys Countdown, tapi Picha sedang tidak ingin menontonnya. Takut kalau dia semakin merindukan pacarnya itu.
Tanpa disadari waktu yang berjalan sangat cepat, diluar sudah terdengar suara kembang api yang meletus di langit, menandakan bahwa tahun sudah berganti. Keasyikan tenggelam dalam lamunannya, Picha sampai tidak sadar. Dia meletakan mugnya keatas meja dan beranjak menuju balkon. Begitu menggeser pintunya, angin malam yang sangat dingin menerpa wajahnya, sampai membuat Picha merinding dan bergidik. Sial. Dingin sekali
Di depannya, di kejauhan, terlihat cahaya kembang api yang meletus di langit. Meski jauh namun, Picha bisa merasakan keramaiannya dari sini. Ponselnya berdering nyaring. Picha terkejut dan dia buru-buru masuk ke dalam untuk mengambil ponselnya. Sebuah panggilan video dari Ueda. Tumben. Seharusnya mereka masih di acara countdown. “Lihatlah wajah kesepianmu itu.” Baru saja Picha menjawab panggilan itu, dia sudah mendapatkan cibiran dari Ueda.
“Kututup ya!” protes Picha.
“Jangan dong!” Ueda berseru untuk membuat suaranya terdengar jelas. Menelpon di tempat konser memang bukan pilihan yang tepat. “Kamu lagi apa?”
“Ngeliatin kembang api. Kenapa? Mau lihat?” Layar di depan Ueda sudah akan berubah menjadi kamera belakang. “Gak usah! Aku udah sering liat!” balasnya. “Hilih. Mentang-mentang idol janis.” Cibir Picha. Ueda tertawa mendengarnya. Layar di depannya kembali menampilkan wajah Picha yang sedang terselimuti selimut tebal. Pasti disana sangat dingin.
“Kamu masih di Tokyo dome?” Ueda mengangguk. “Sempet ya nelpon begini.” Kata Picha.
“Picha,” panggil Ueda, tanpa membalas ucapan Picha barusan. “kangen gak?” Picha diseberang sana terlihat terdiam dan kemudian menyunggingkan senyum. “Menurutmu?”
Aduh, dasar love languagenya sama-sama tsundere gini.