soymilkao29

pertama

#Pertama Kalinya

typo, nsfw, Micchika


Waktu menunjukkan pukul delapan malam lewat. Hikaru dan Micchi tengah asyik menonton rekaman episode mada update. Sesekali Micchi mendengar tawa renyah Hikaru. Dia menoleh dan memandangi wajah Hikaru dari samping. Lelaki itu menarik napas dan merebahkan kepalanya dipangkuan Hikaru.

“Micchi?” Panggil Hikaru bingung. Micchi menyunggingkan senyum dan tawa sedikit. “Sudah lama aku ga tiduran begini loh.” Katanya. Hikaru mendengkus. Dia kembali fokus dengan tontonan di depannya.

Micchi menatap wajah Hikaru dari posisinya saat ini, lamat-lamat. Hikaru yang merasa dipandangi Micchi, langsung mengalihkan pandanganya dari televisi ke arah Micchi yang sedang merebahkan kepalanya di pangkuannya. Matanya mengerjap. “Apa?” Tanyanya. Micchi mengulurkan tangannya, melingkar di sekitar leher Hikaru dan menarik dirinya maupun Hikaru untuk berdekatan sampai kedua bibir mereka bersentuhan.

Kedua mata Hikaru membulat. Dia kaget, bahkan sampai menahan napasnya. Micchi mendorong tubuh Hikaru ke atas sofa, memperdalam ciumannya. Disesapi candunya ini, beberapa kali menyapu bibir atas Hikaru untuk meminta izin. Hingga akhirnya dia berhasil menyelipkan lidahnya diantara celah bibir Hikaru yang terbuka. Hikaru meremas kaos yang dikenakan Micchi, dia mencoba membalas ciuman Micchi.

Hikaru merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ujung-ujung jemarinya seperti dialiri listrik bahkan perutnya terasa geli seperti ada sesuatu yang mengaduknya. Ciuman Micchi berhenti, dia menjauhkan wajahnya dari Hikaru. Menatap kedua manik hitam kecoklatan milik kesayangannya. Napas keduanya tersengal. Mereka bertukar pandang selama beberapa saat. Hikaru menyadari bahwa tatapan Micchi berkabut, bibirnya membentuk senyum lembut. Micchi menemukan tatapan yang sama pada Hikaru. Dia mengulurkan tangan untuk menyingkirkan helaian rambut Hikaru yang menutupi wajahnya.

“Cantik... Hikaru cantik...” Micchi menunduk, berbisik. Hikaru bisa merasakan jilatan basah di dekat telinganya. Dia menggigit bibirnya, mencegah pita suaranya mengeluarkan sesuatu. Sebelah tangan Micchi yang lain mencoba menelusup ke dalam piyama biru laut yang kenakannya. Napas Hikaru tercekat begitu merasakan tangan Micchi meremas payudaranya yang masih terselimuti piyama. “Mi-Micchi...?” Hikaru tidak tahan untuk tidak bersuara. Perasaan geli di perutnya semakin menjadi.

Micchi bergeming. Beberapa saat merasakan tubuh Hikaru yang menegang. Diciumnya pangkal leher Hikaru lembut, kemudian beralih ke belakang telinganya. “Hmm...?” Balasnya. Kemudian, semakin naik ke kelopak matanya. Dikecupnya lembut kedua mata Hikaru bergantian. Hidungnya, kedua pipinya dan berakhir di bibirnya. Ciuman itu lembut dan tidak menuntut.

“Ra-Rasanya aneh...” Bisik Hikaru. Suaranya bergetar. Micchi menyunggingkan senyum lagi. “Mau aku berhenti?” Tanyanya. Meski dia tak yakin akan benar-benar berhenti atau tidak. Hikaru sempat memandanginya sejenak. Dia tahu bahwa selama ini Micchi mencoba menahan diri untuk menyentuhnya. Kepala Hikaru menggeleng. “Lakukan perlahan...” Suara Hikaru melirih. Micchi membalas ucapan Hikaru dengan mencium keningnya lembut. Napas Hikaru kembali tenang dan tubuhnya menjadi lebih rileks.

Micchi sedikit bangkit dan melepas kaosnya. Hikaru merasakan wajahnya memanas, menemukan Micchi yang bertelanjang dada di depannya. Lelaki bermarga Michieda itu kembali menunduk dan kali ini mengulurkan tangannya untuk melepas kancing piyama yang dikenakan Hikaru satu persatu. Matanya tidak lepas memandangi Hikaru yang malah mengalihkan pandangan kearah jemari Micchi yang sedang sibuk berusaha membuka kancingnya. Micchi tersenyum geli mendapati wajah Hikaru yang sangat merah. Diusapnya pipi Hikaru dengan sebelah tangannya yang bebas. “Lihat aku saja, Hikaru.” Katanya.

Hikaru mengikuti ucapan Micchi. Matanya bertemu pandang tatapan lembut Micchi. Setelahnya Micchi berhasil melepas semua kancing piyama yang dipakai Hikaru, menarik kaitan dipunggung Hikaru membuatnya langsung terlepas. Micchi menunduk untuk mencium perlahan leher Hikaru, menyapunya perlahan dengan bibirnya. Tanpa sadar, menyesapnya hingga meninggalkan tanda disana. Bersamaan dengan tangannya yang meremas lembut dadanya, bahkan sesekali memainkan puncaknya. “M-Micchi... Nghh..” Hikaru menangkup mulutnya dengan sebelah tangan. Agak terkejut dengan suara yang dibuatnya.

Micchi beralih perlahan ke tangan Hikaru yang menutupi mulutnya, menciumnya lembut. Perlahan menyingkirkannya dari wajah Hikaru. “Sebut namaku...” Katanya dengan suara berat. Hikaru mengerjap dengan wajah penuh kebingungan.

“M-Micchi—Ahh!” Hikaru berseru kala tangan Micchi mengelus bagian sensitifnya yang masih terbalut celana piyamanya. Rasanya saja sudah seperti ini, bagaimana kalau Micchi menyentuh bagian itu tanpa pakaian?

Micchi tersenyum. Sebuah senyum yang jarang sekali Hikaru lihat. Jari-jemari Micchi menarik turun celana piyama dan bagian dalamnya perlahan. Melemparkannya tidak jauh dari sana. Hikaru akan mengomel panjang padanya kalau dia melemparnya jauh-jauh dan susah ditemukan.

“Hikaru...” Panggil Micchi. Napas Hikaru agak memburu. Wanita itu mencoba nenatapnya, namun tatapannya yang sayu semakin membuat sesuatu di dalam Micchi bergejolak. “Hanya lihat aku, ya.” Katanya, sebelum memasukkan jarinya ke dalam daerah sensitif Hikaru. “Oh astaga!!” Hikaru memekik, badannya refleks terangkat sedikit dan tangannya melingkar di leher Micchi. Hikaru menenggelamkan wajahnya di bahu Micchi. Meremas lembut leher kekasihnya itu.

Micchi tertawa kecil. Geli. Dia memasukkan satu lagi jarinya dan menggerakkannya perlahan. Suara desahan Hikaru beradu dengan suara hujan di luar. “Mic-Micchi... Ugh!” Hikaru menahan pekikannya begitu dia merasakan sesuatu keluar dari tubuhnya. Rasa geli di perutnya sedikit berkurang namun dia merasakan pandangannya berkabut.

Tanpa kata, Micchi menyelipkan tangannya di kedua kaki Hikaru dan tubuhnya, menggendongnya perlahan dan berjalan masuk ke kamar Micchi. “Mau kemana...?” Bisik Hikaru. “Memilikimu?” Kening Hikaru mengkerut.

Diturunkannya Hikaru ke atas kasurnya perlahan, Micchi melepas pakaian terakhir yang mereka kenakan. Dia naik perlahan keatas Hikaru. Senyumannya begitu betah tinggal di wajahnya saat ini. Hikaru bisa melihat helaian rambut hitam kecoklatan Micchi yang jatuh lembut. Tangan Micchi menyentuh wajah Hikaru, mengusapnya perlahan. “Boleh aku memilikimu?” Tanyanya. Hikaru mengulum senyum, mengulurkan tangan untuk mengusap pipi Micchi. Kepalanya mengangguk perlahan.

“Aku mencintaimu...” Micchi menunduk, kali ini kembali ke lehernya, sekitar bahunya dan memberikan tanda disana. Hikaru penasaran apakah tanda itu mudah hilang atau butuh waktu yang lama. “Mi-Micchi... Nghh!” Hikaru mengerang, meremas pelan surai Micchi begitu merasakan bibir itu mengecap payudaranya, sebelah tangannya yang bebas meremasnya lembut, bermain disana selama beberapa saat. Hikaru tidak bisa menahan desahannya.

Hikaru terkesiap saat kali ini, Micchi mengusap bagian sensitifnya dengan tangannya yang besar itu. Kali ini tanpa kain yang menghalangi sedikitpun. Langsung bersentuhan dengan kulitnya. “Astaga...” Hikaru berujar tanpa suara dengan kaget. Perlahan, Micchi melebarkan paha Hikaru.

Micchi memposisikan dirinya di depan Hikaru. Tatapan lembutnya menatap Hikaru, menenangkannya. Micchi mencoba mendorong masuk ke dalam Hikaru. Namun, dia bisa merasakan Hikaru yang menegang dan wajah perempuan itu yang merasakan sakit. Bahkan Hikaru menggigit bibirnya keras-keras dan Micchi melihat cairan pekat keluar dari bibirnya.

Micchi segera menghentikan kegiatannya. Menarik Hikaru ke dalam dekapannya dan mengusap usap kepalanya. “Hush hush.. tenang, Hikaru...” Bisiknya. Dia mengangkat kepalanya dan mengecup bibir Hikaru, menyapu bagian yang berdarah dengan lidahnya. Hikaru nyaris terisak. “Sa-Sakit, Shun...”

Micchi memejamkan matanya, menarik napas perlahan, menenangkan dirinya juga. “Maafkan aku, maaf, kita berhenti ya...” Bisiknya. Namun, Hikaru menggeleng. Dia melepaskan sedikit pelukan Micchi untuk bertemu pandang dengan kesayangannya.

“A-Aku hanya... Tidak terbiasa...” Katanya. Micchi mengernyit. Hikaru mengusap kening Micchi. Dia mencoba menenangkan dirinya sendiri, juga. “Karena itu, buat aku terbiasa, Shun...” Hikaru mengangguk, menyakinkan Micchi. Lelaki bermarga Michieda itu mencium kening Hikaru lembut dan agak lama.

Perlahan-lahan Micchi memposisikan dirinya di atas Hikaru. Matanya kali ini tidak lepas dari Hikaru. tangannya yang bebas bertaut dengan tangan Hikaru. Diposisikan dirinya kembali di depan Hikaru dan mendorongnya perlahan. Napas Hikaru tercekat, merasakan sesuatu memasuki dirinya. Dia refleks meremas tangan Micchi. Pria itu mencium bibir Hikaru. Desahan Hikaru tertahan oleh ciumannya.

Micchi mulai bergerak perlahan kala dia merasakan Hikaru sudah beradaptasi. Gerakannya yang perlahan itu semakin cepat. “Mm-Micchi... Mi-Michieda... Hah... Sh-Shun—Ah!” Hikaru memekik kala merasakan Micchi menyentuh titik manisnya, membuat pandangannya semakin berkabut. Micchi semakin mempercepat gerakannya begitu dia merasakan sesuatu di dalam tubuhnya semakin bergejolak.

Sensasinya sangat aneh dan begitu candu. “Nghh! Mi-Micchi!” Mereka saling meremas dengan kencang tangan satu sama lain yang terpaut. Micchi segera menarik keluar miliknya dari dalam Hikaru dan mengeluarkan cairannya di atas kasur. Napas keduanya tersengal. Hikaru masih terdiam, mencerna sensai yang baru pertama kali dirasakannya. Micchi sempat terdiam melihat bercak darah di dekatnya. Kedua matanya menatap Hikaru yang balas menatapnya.

“I'm yours...” Ujar Hikaru dengan napas yang masih berusaha diaturnya. Micchi mencium kening Hikaru lembut. “Aku sangat mencintaimu, Hikaru...” Bisiknya, menarik Hikaru ke dalam pelukannya. Hikaru membalas pelukan Micchi dan menyembunyikan wajahnya dibalik leher pria bermarga Michieda ini. Udara dingin dari hujan yang turun baru dirasakan keduanya. Tangan Micchi yang lainnya menarik selimut untuk menutupi tubuh polos Hikaru dan dirinya.