Tempat Bersejarah part 1
ShoppiAiri, H/C, Typo, Cringe
Airi susah dihubungi. Perempuan itu tiba-tiba saja menghilang tanpa mengabarinya mau kemana. Sudah tiga hari, pesan maupun telepon yang diberikan Shota tidak dijawab sang perempuan. Airi juga tidak pulang ke rumah sama sekali, saat Shota mencoba mencari tahu keberadaan Airi dimana pada Kuro ataupun Takki, kedua orang itu hanya bilang Airi sedang menikmati waktu sendirinya. Oke. Shota paham dan dia menerima itu. Tapi, kali ini sudah empat minggu Airi tidak kembali ke apartemen yang mereka tinggali bersama. Setiap pesan yang dikirimkan Shota pada Airi juga tidak kunjung dibalas, boro-boro dibalas, dibaca saja tidak.
Airi seperti benar-benar hilang ditelan bumi. Shota jadi cemas dengan kondisi perempuan itu dan mencoba berpikir-pikir apa yang sudah dia lakukan sampai Airi membutuhkan waktu untuk menyendiri hingga selama ini? Shota menatap ponselnya seraya bersandar pada dinding lift yang membawanya turun ke bawah itu bersama Fuma dan kedua manajer mereka. Bersiap untuk berangkat bersama ke tempat syuting drama Usokon.
“Pacarmu belum mengabarimu lagi?” tanya Fuma. Fuma tahu soal Shota yang memiliki pacar tapi tidak tahu siapa orangnya dengan pasti. Shota menggeleng dengan wajah masam. Dia memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.
“Aneh sekali.” Komentar Fuma. Shota juga berpikir hal yang sama. Apakah Airi berselingkuh? Tidak, tidak. Dia tahu Airi bukan tipe yang seperti itu meski dia selalu bilang kalau dia bisa saja berpacaran dengan Date atau Lee Soo Hyuk, aktor yang pernah main drama korea bersamanya dulu.
Shota juga sempat bertanya pada Koji tapi Koji dengan polos balik bertanya memangnya Airi kemana. Dia saat ini juga sedang sibuk jadi tidak terlalu punya waktu untuk berkumpul dengan Airi atau Tsuki. Shota dan Fuma keluar dari dari lift saat benda itu berhenti di lantai yang mereka tuju. Begitu keluar, Shota berpapasan dengan Tsuki yang hendak naik ke lantai atas gedung Johnnys itu.
Shota refleks memanggil nama sang perempuan dan meminta Fuma dan manajernya untuk duluan ke parkiran. “Matsumoto-san!” Shota berseru memanggil Tsuki seraya berlari menghampirinya.
Tsuki menghentikan langkahnya dann mengerutkan kening menemukan Shota yang memanggilnya. “Apa?” tanya Tsuki. Shota menelan salivanya dan tersenyum tipis.
“Apakah kau tau dimana Airi? Dia sedanga apa? Apakah dia baik-baik saja?” tanya Shota. Perempuan bernama lengkap Matsumoto Tsuki menaikkan alisnya bingung. “Aku tidak tahu. Kami belakangan ini sedang sibuk jadi jarang bertemu. Memangnya ada apa?” tanyanya. Shota menghela napas kecewa. Dia menggeleng.
“Dia sudah sebulan tidak pulang ke apartemen kami dan susah sekali dihubungi. Kukira kau tahu dia kemana.” Kata Shota. Tsuki melipat tangannya. “Kau baru mencarinya setelah sebulan tidak bisa dihubungi?” cibir Tsuki.
“Manajer dan Takizawa-san sendiri yang bilang kalau Airi sedang butuh waktu sendiri. Aku mengiyakannya dan memberikannya waktu tapi tak kusangka akan selama ini.” gerutu Shota. Tsuki menghela napas. Dia menggeleng. “Aku tidak tahu dia kemana. Tapi, coba kau ingat-ingat dimana saja tempat bersejarah bagi kalian, kali saja dia mengunjungi beberapa tempat itu selama menenangkan diri.” Tukas Tsuki sebelum masuk ke dalam lift dan meninggalkan Shota yang terdiam.
Shota memutar otak, mengingat-ingat tempat-tempat apa saja yang berharga bagi hubungannya dengan Airi. Sementara itu, Tsuki di dalam lift yang hanya diisi olehnya itu menelpon sahabatnya.
Deringan ketiga kali diangkat oleh perempuan bernama lengkap Minamoto Airi itu. “Kau kenapa lagi sih dengan Watanabe?” tanya Tsuki dengan bingung. Airi hanya terkekeh di seberang sana. Tsuki sebenarnya tahu keberadaan Airi. Tapi, dia sedang tidak mau memberi tahu Shota keberadaan kesayangannya itu. Terlebih itu juga karena permintaan Airi.
“Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang merenung saja. Tenang, sebentar lagi aku akan kembali ke Jepang.” Kata Airi. Tsuki menghela napas. “Mau sampai kapan kau meragukan diri sendiri?” tanyanya.
Airi diseberang sana terdiam. “Entahlah.”