Tempat Bersejarah Part 2 (END)
ShoppiAiri, H/C.
Airi terbangun dengan jendela kamarnya yang terbuka lebar dan hembusan angin pagi serta sinar mentari yang menyorot masuk ke dalam jendela apartemen sewaannya itu. Dia terdiam selama beberapa saat untuk mengumpulkan kesadarannya sembari melamunkan banyak hal. Sudah jadi rutinitas paginya untuk melamum barang sejenak, setidaknya 15 menit sebelum benar-benar bangun dari posisi rebahannya. Airi beranjak, dia duduk di pinggir ranjang single bednya, menyadari bahwa hari itu dia masih seorang diri disana.
Lebih tepatnya Airi sedang berada di Korea Selatan saat ini. Sebenarnya dia tidak benar-benar me time, tapi juga sembari syuting sebuah video musik untuk album terbarunya nanti. Dia sengaja tidak memberitahu Shota dan yang lainnya karena, hal ini juga menjadi agenda liburannya sembari memikirkan banyak hal. Syuting musik video maupun rekaman lagunya sudah selesai sejak dua minggu yang lalu tapi Airi belum ada keinginan untuk pulang dan memilih untuk mengelilingi Korea Selatan sembari menikmati waktunya.
Airi juga sempat mengunjungi tempat wisata di dekat kawasan DMZ. Well, sebuah tur yang menarik untuk dilakukan seorang diri. Dia bertemu banyak orang saat sedang menikmati makan siang mereka di kawasan dekat DMZ tersebut. Beruntungnya, meski Airi sedang tidak memakai penyamaran yang banyak, nyaris tidak ada yang mengenalinya. Mereka hanya berpikir bahwa Airi adalah turis seperti yang lainnya.
Dan hari ini, Airi hanya ingin menikmati waktunya seharian dengan menonton drama sambil mengemil kimbab atau topokki. Airi mengambil jaket dan dompetnya, serta kunci apartemen sewaannya itu dan pergi ke konbini terdekat sekaligus langganannya dulu semasa dia masih berkarir di Korea. Airi mengambil keranjang dan mulai menyusuri rak demi rak. Pekerja disana sudah bukan orang yang sama yang biasa Airi temui. Yah, sudah berapa tahun sejak hari itu? Sudah pasti mereka memiliki pekerjaan yang lebih baik dibanding menjaga konbini.
Airi selesai memenuhi keranjangnya dengan snack dan ramyeon instant. Dengan tudung yang dia pakai serta rambut yang masih acak-acakan itu, Airi membayar semua belanjaannya. Begitu dia ingin berbalik, tubuhnya menabrak seseorang dengan keras. Airi dengan refleks memeluk belanjaannya agar tidak terjatuh semua. Tapi, dia merasakan sepasang tangan melingkar di tubuhnya membuat mata Airi terbuka lebar dan disaat itulah dia menyadari sosok di depannya adalah orang yang selama ini dia hindari.
Sosok lelaki berkebangsaan Jepang bernama lengkap Watanabe Shota, sedang berdiri di depannya dengan sorot matanya yang sedikit lega. Lega menyadari bahwa Airi masih bisa dia lihat sosoknya.
***
Airi menggeser cup ramyeon instant itu kearah Shota yang duduk di sebelahnya. Keduanya duduk di depan meja berkaki rendah yang menghadap kearah televisi yang sedang menyala itu. “Bagaimana kau tahu aku disini?” tanya Airi sembari meniup-niup ramyeonnya.
Shota tidak ikut langsung memakan ramyeon instantnya, dia diam dahulu memperhatikan kesayangan yang sudah lama tidak dia lihat ini sedang menyantap ramyeonnya. Airi yang sedang menyeruput mienya menoleh kearah Shota dengan kedua mata yang mengerjap. Dia menggigit mienya untuk memotong makanan tersebut dan mengunyahnya cepat. “Kenapa ramyeonnya tidak dimakan?” tanya Airi.
Shota mengangguk. “Nanti kumakan. Sekarang aku ingin memandangimu dulu,” balas Shota. “yah, meskipun sebenarnya aku lebih ingin memelukmu dulu.” Lanjutnya mengundang semburat merah di wajah Airi. Airi berdehem dan memalingkan wajahnya sembari memakan ramyeonnya. Dia tersenyum gemas sembari menahan pekikannya.
Shota terkekeh melihat kesayangannya dan mulai memakan ramyeonnya setelah puas memandangi Airi. Mereka menikmati waktu berdua di apartemen itu sambil menonton acara yang sedang tayang di televisi. Setelah keduanya selesai menyantap ramyeon mereka, Airi sempat melirik Shota yang masih fokus dengan tontonannya. Airi memandangi side profile kekasihnya itu. Ada rasa hangat sekaligus sesak yang tiba-tiba memenuhi relung hatinya. Airi berdecak pelan. Dia mendekat perlahan kearah Shota, melingkarkan kedua tangannya di bahu Shota dan memeluk lelaki itu.
Shota sedikit terkejut dengan tindakan Airi. Dia merasakan hembusan napas Airi yang hangat menerpa kulit lehernya. “Maaf, aku meninggalkanmu tanpa kabar.” Bisik Airi. Shota mengerjap. Pelukan Airi mengerat. “Aku hanya sedang merenungkan sesuatu tentang hubungan kita.” Katanya.
Shota diam terlebih dahulu, membiarkan Airi untuk menyelesaikan ucapannya. Perempuan itu menggigit bibirnya. “Dan aku yakin kalau aku tidak mau memulai lembaran baru dan sejarah yang baru di hidupku dengan orang lain.” Bisiknya. Shota tersenyum tipis, lelaki itu melepaskan pelukan Airi dan duduk menghadap sang kekasih. “Jangan pergi tanpa kabar lagi, Ai.”bisik Shota sebelum mencium bibir Airi untuk pertama kalinya sejak mereka tidak bertemu selama sebulan lebih itu.
Airi mengeratkan pelukannya pada leher Shota dan mengangguk. Ya. Waktu menyendiri dia gunakan untuk menyiapkan mental jika Shota tiba-tiba mengajaknya menikah. Meski proses penerimaan itu masih 85%.