Wildest Dreams
Tanaka Juri x OC, Romance Taylor Swift – Wildest Dreams
Kedua kelopakmu terbuka. Manik hitan legam itu menangkap benda-benda di sekitarmu bergerak cepat meninggalkanmu atau kamu yang meninggalkan mereka?
Lehermu yang tidak dilapisi satu helaipun kain itu diterpa angin malam. Kamu sadar bahwa kamu tidak di rumahmu seperti yang kamu harapkan saat membuka mata.
“Sudah bangun?” Kamu pikir suara itu bagian dari mimpi terliarmu. Suara yang begitu akrab bagaikan sebuah kewajiban ada di dalam hidupmu.
Kepalamu bergerak ke samping, menoleh. Kedua manik milikmu bertemu pandang sesekali dengan kedua manik hitam dengan sedikit aksen caramel yang sesekali terlihat, itu yang selama ini selalu kamu ingat jika harus bertatapan dengannya.
Sosok dibalik kemudi mobil BMW dengan seri Z4 itu mengulum senyum tipis yang manis. Sosok Tanaka Juri itu nampak menikmati masa-masa kalian bersama di mobil ini.
Masih segar diingatan kala kamu menemukan Juri berdiri di depan apartemenmu dan tersenyum tanpa bersalah mengajakmu pergi keluar kota.
“Aku bosan dengan Tokyo. Kamu mau kemana?”
Tidak kemana-mana. Kita tidak kemanapun. Kamu mau menjawab ajakan itu dengan kalimat barusan tapi otak dan hatimu suka sekali berebut untuk mengambil alih.
“Shizuoka.”
Perjalanan Tokyo ke Shizuoka bukanlah perjalanan singkat. Kalian beberapa kali berhenti untuk membeli minum dan makanan ringan. Sosok Tanaka itu masih bersikap manis padamu meski kamu tahu orang ini agak 'jahat'.
Juri memang termasuk orang yang menganut ladies first meski seorang womanizer. Kamu selalu dibuat nyaman dengan setiap perlakuan manisnya, sayangnya kamu juga tidak bisa bohong bahwa kamu tidak nyaman dengan kebiasaan Juri sebagai orang yang dekat dengan wanita lebih dari satu.
Hubungan kalian baik-baik saja. Seharusnya.
“Juri,” kamu bersuara setelah selama beberapa saat dibuat terdiam dengan potongan kenangan yang memaksa untuk diputar kembali. “bagaimana kamu mengingatku?” Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutmu.
Tidak bisa dipungkiri kamu sempat salah tingkah melihat senyum andalan Tanaka Juri yang terukir di wajahnya.
“Menurutmu bagaimana?”
“Apakah aku terlihat seperti seorang cenayang?”
Tawa renyah itu keluar. “Cantik,” kamu refleks merotasi kedua bola matamu malas. “tapi, yang paling kuingat adalah punggungmu.”
“Indah dengan latar sunset.” Kamu baru mau melontarkan sebuah cibiran padanya, namun berhasil dibuat termenung selama beberapa saat.
Pandangan milikmu kamu alihkan ke jalanan, mengabaikan rasa sesak yang tiba-tiba muncul. “Kau mau bilang kalau sunsetnya indah, 'kan?”
“Kata siapa? Kamu yang cantik. Sunset aja rasanya akan iri padamu.” Kepalamu refleks menoleh kembali kearahnya. Kali ini, kedua manik kalian sama-sama bertatapan. Mobil yang semulanya masih berada dijalanan itu sekarang sudah menepi, bersamaan dengan perasaan kalian saat ini.
Tanaka Juri mengulas senyum lembut sebelum akhirnya mengecup bibirmu sekilas.
“CUT!”
Kalian langsung menjauh. Sama-sama turun keluar dari mobil dan mengusap bibir masing-masing.
“Aku harus mencuci bibirku.”
“Aku harus mencium seseorang.”
“Dasar soang.” Cibirmu.
“Atau kau yang kucium saja ya?”
“LEBIH BAIK AKU CIUM TEMBOK!”
Kru syuting hari itu menatap prihatin kearah kalian berdua. Benar-benar pasangan tsundere.
“Ah, ini kenapa kau panggil Tanaka Juri bukan nama karakternya?” Sang sutradara mulai protes. Sadar akan kesalahan yang terekam disana. Kamu mengerjap kaget. Benarkah?
“Kita ulang ya!”
“TIDAK MAU!” Baik kamu dan Juri tidak mau mengulang adegan itu.