Your Safe Space (BS Spin-off)
ShoppiAiri H/C, Typo, Cringe.
Di jalan pulang menuju apartemennya setelah menyelesaikan jadwalnya hari itu—serta menemui Tsuki, Airi mampir ke konbini untuk membeli cemilannya. Dia juga sempat mampir ke salah satu toko yang merangkap sebagai klinik hewan di dekat apartemennya untuk membeli pasokan makanan dan beberapa peralatan untuk kehidupan Mocca, kucingnya yang sudah bersamanya selama tiga tahun lebih itu.
Entah kenapa hari itu dia berjalan dengan mode auto pilot. Tubuhnya bergerak sendiri sedangkan otaknya masih dipenuhi dengan kabar mengejutkan yang sempat dia dengar dari Tsuki tadi siang. Kabar itu mengenai Haruna yang hamil anak Meguro Ren. Perempuan itu memang sedang hiatus, kalau Airi tidak salah ingat dan sekarang sedang menyambi ngajar vokal di Johnnys untuk trainee mereka. Dia tidak memikirkan soal Meguro Ren sama sekali, melainkan Haruna.
Dia sudah lama tidak bertemu perempuan itu. Jadi, kabar tersebut juga membuatnya sangat terkejut hingga kepikiran. Bagaimana kabarnya sekarang? Apakah dia baik-baik saja? Airi tahu agensi Johnnys bukan agensi yang berbaik hati begitu saja kalau sampai mendapati talent mereka mendapat masalah seperti ini. Airi tahu bahwa kehamilan Haruna ini bukanlah masalah melainkan anugerah. Tapi, dia mencoba berkaca sebagai pelaku manajemen industri hiburan di negeri ini. Itu adalah masalah yang besar apabila diketahui media.
Bahkan Airi sampai membuat skenario terburuknya jika dia ada diposisi Haruna. “Apakah dia akan disuruh menggugurkan kandungannya....”
“Siapa yang menggugurkan kandungannya?”
Airi terlonjak begitu dia dikagetkan oleh suara sosok yang sangat dia kenal, berdiri di sebelahnya yang sudah mengeluarkan kunci unitnya dan berdiri di depan pintu.
“Kenapa kau berdiri saja dari tadi disini?” Tanya Shota dengan alis yang terangkat sebelah. Lelaki itu meraih tas belanja di tangan Airi dan membawanya masuk setelah membuka pintu itu untuk mereka.
“Ah, sudah berapa lama?” tanya Airi dengan wajah kebingungan. Dia berjalan masuk ke dalam, mengikuti Shota yang sudah melepas sepatunya dan meletakan tas itu di atas pantry dapur. Mereka disambut oleh Mocca yang sepertinya baru bangun dari tidurnya di atas sofa.
Shota menatap Airi cukup lama dan mengulum bibirnya. “Lima menit kurasa. Kau hanya diam sambil menjulurkan kunci ke depan lubangnya,” Airi mengangguk perlahan seraya melepas tas dan mantelnya. Perempuan itu duduk di atas kursi makan seraya mengeluarkan belanjaannya satu persatu. “kau sedang memikirkan apa, Ai?” tanya Shota.
Airi menoleh dan menatap Shota. “Shota tahu soal kehamilan Haruna?” tanya Airi. Awalnya Shota sedikit ragu untuk menjawab bertanyaan “Yes or No” yang dilontarkan oleh Airi, dia menduga-duga darimana Airi tahu tentang itu? Padahal seingatnya, Meguro baru bercerita pada member Snow Man saja.
“Ya... Aku tahu. Meme yang memberi tahu anggota Snow Man sendiri. Ada apa?” Shota balas bertanya. Airi mengangguk-angguk. “Kau tahu darimana?” tambah Shota.
“Ah, itu, Tsuki yang memberitahuku tadi siang. Dia tahu dari Koji saat minum-minum waktu itu. Yang kau menjemputku di bar.” Kata Airi. Shota terkekeh begitu Airi menyebut kejadian itu. “Yang kau panggil aku dengan “Chota”?” Airi mendelik, mengundang kekehan Shota berubah menjadi tawa geli.
“Diam, Watanabe.” Gerutu Airi. “Ayeaye, ma’am.” Katanya.
Shota membantu Airi mengeluarkan belanjaannya. Mereka mengobrol dengan Shota yang lebih banyak bersuara dan Airi yang masih tenggelam dalam pikirannya. Shota mengatakan bahwa hari itu tumben Airi banyak belanja untuk Mocca dan juga membeli cemilan khas 117. Shota akhirnya memberi ruang untuk Airi puas melamunkan perkara kehamilan Haruna. Sekarang pasti pikiran perempuan itu sedang berkecamuk meski bukan dia yang hamil.
Shota menghampiri Mocca dan mengajaknya bermain sejenak, tidak lupa Shota menyalakan televisi agar suasana rumah itu tidak terlalu sepi untuk mereka.
“Meguro sudah mengabarkan ini pada Julie?” tanya Airi. Shota yang sedang bermain dengan Mocca terdiam. Lelaki itu menoleh sambil menggendong Mocca di pelukannya. Shota mengedikkan bahunya. “Aku tidak tahu, tapi sepertinya sudah karena tadi aku melihat dia datang bersama Iwamoto.”
“Lalu bagaimana keputusannya?” tanya Airi dengan cemas. Shota terdiam sejenak, dia menurunkan Mocca di atas meja di depan Airi dan duduk di kursi yang ada di depan perempuan itu. “Meguro belum memberikan kabar terbaru lagi soal itu. Aku yakin mereka pasti memikirkan yang terbaik untuk mereka berdua.”
Airi berdecih. “Aku tidak bisa yakin dengan pikiran terbaik ala Johnnys setelah apa yang terjadi.” Gumam Airi dengan tatapan tajam pada satu titik di meja itu. Shota tidak heran kalau kekasihnya jadi skeptis tentang Johnnys, agensi yang menaunginya sekarang, mengingat nama Johnnys sekarang juga sedang tidak bagus-bagus sekali dengan banyaknya rumor miring tentang eternal producer mereka. Belum lagi perlakuan mantan manajer Shota pada perempuan itu saat media mengetahui berita kencan mereka.
“Bisa saja Johnnys malah menyuruh Haruna-chan untuk melakukan sesuatu pada bayinya. Mereka tidak akan peduli dengannya. Yang mereka pedulikan hanyalah citra ‘produk’ dan manajemen artis mereka sendiri. Padahal artis yang mereka anggap ‘produk’ itu juga manusia.” Gerutu Airi panjang lebar. Shota hanya menatap kekasihnya dengan tatapan menenangkan.
Airi ikut terdiam setelah mengoceh panjang lebar tadi. Dia mengerjap, menyadari bahwa tindakannya barusan menjelek-jelekkan nama agensi yang sudah membesarkan nama kekasihnya juga. Airi menghela napas dan mendengkus. “Maaf aku jadi bicara yang tidak-tidak.” Katanya.
Shota menggeleng. Dia menarik tangan Airi yang saling bertumpu di atas meja. Digenggamnya erat tangan tersebut. Dia tersenyum kearah sang kesayangan. “Shirokawa dan Meme akan baik-baik saja. Banyak yang sayang pada mereka.” Kata Shota. Dibanding dia harus mengiyakan ucapan Airi yang dia rasa juga benar itu, Shota lebih memilih untuk menenangkannya. Dia tidak mau menjadi gas menggebu-gebu untuk memanaskan kompor yang sedang menyala.
Airi mengerjap. Dia mengangguk pelan. “Aku hanya cemas padanya. Haruna-chan seperti sangat fragile dan aku takut sesuatu yang buruk padanya karena ulah Meguro yang melakukan seks tanpa pengaman.” Airi menggertakan giginya. Shota langsung menenangkannya. “Ssshh, belum tentu juga ini salah mereka. Kalau takdir Tuhan bagaimana? Bagaimana kalau ini rencana Tuhan untuk menyatukan mereka?” ujar Shota.
Airi menatap Shota dengan tatapan tidak percaya. “Rencana macam apa itu? Apakah hubungan mereka berdua harus selalu diuji seperti itu?” Shota mengedikkan bahunya. “Aku bukan Tuhan. Jadi, aku tidak tahu.” Katanya.
Airi berdecak. Dia hendak menarik tangannya dari Shota namun lelaki itu langsung mengeratkan genggamannya. “Aku disini bukan sebagai pendukung agensiku atau kau, Airi. Aku tidak mau kita sama-sama mengjudge hasil yang belum kita ketahui pasti.” Airi sempat menatap Shota curiga. Tidak biasanya Shota bicara sebagus ini.
“Kau sedang kerasukan apa?” cibir Airi meskipun begitu wajahnya meranum merah. Shota tertawa dan menggeleng. Dia berdiri dan menghampiri Airi tanpa melepaskan genggaman tangannya, lelaki itu berdiri di samping Airi yang sekarang sudah duduk menyamping. Shota menarik tubuh Airi untuk didekapnya. Airi refleks melingkarkan tangannya dipinggang Shota.
“Mari berdoa saja semoga mereka baik-baik dan semuanya berjalan lancar,” bisik Shota. Airi mengangguk pelan. Shota mengusap kepala Airi.
“Kau tidak akan menghamiliku kan?” tanya Airi tiba-tiba. “Tentu saja tidak! Kau sendiri tahu aku jago tembak luar!” ujar Shota. Airi mencubit pinggang Shota gemas, mengundang tawa sang lelaki. “Aku tidak akan menghamilimu tanpa consent kita berdua.” Lanjut Shota.
Airi melonggarkan sedikit pelukannya dan mendongak menatap Shota. Mereka bertatapan sejenak dalam posisi seperti itu. “Aku akan menunggumu sampai kau siap untuk menikah denganku.” Kata Shota. Airi terdiam. Dia kembali menunduk dan memeluk Shota. Keduanya menikmati kehangatan satu sama lain dengan Mocca yang memperhatikan dengan matanya yang pupilnya membulat.