AnAn Offering
MinaRau, Romance/Fluff, Typo
“Miyahara!” Mina yang sedang berjalan santai menuju ruangan editor dikejutkan dengan seruan seseorang dari salah satu ruangan yang sudah dia lewati. Seorang perempuan dengan outfit yang sangat fashionable itu menggoyangkan tangannya—bermaksud memanggil Mina ke ruangannya dengan isyarat.
Mina mengerutkan kening sembari menghampiri sang perempuan. Mina mengenalnya sebagai Chief Editor AnAn. Ada apa? Apakah kinerjanya mau direview oleh beliau? Mina mengedikkan bahunya cepat. Mana mungkin. Atasannya selalu mengabari para karyawan kalau akan ada penilaian.
Ruangan chief editor memang selalu bagus dan menenangkan. “Silahkan duduk.” kata sang kepala editor, lalu duduk di kursinya sendiri, sementara Mina menarik kursi yang ada di depan meja sang kepala editor bernama Takahashi itu.
Takahashi sibuk mengeluarkan sesuatu dari laci mejanya, meletakan sebuah map di atas meja di depannya. “Jadi, maksud saya memanggil kamu kemari untuk memberikan sebuah penawaran menarik. Silahkan dibaca.” Takahashi menyodorkan map itu kearah Mina. Miyahara mengambil map bening itu dan mengeluarkan kertas yang diklip.
Disitu jelas tertulis sebuah penawaran untuk mengisi front cover sebagai model AnAn edisi employment. “Kamu terpilih diantara banyak karyawan disini untuk mengisi slot itu,” ucap Takahashi. “apakah Miyahara mau menerimanya?”
“Kenapa saya, Takahashi-henshuuchou?” tanya Mina. dia masih bingung mengapa dia yang harus terpilih untuk mengisi kali ini. Anan biasanya memakai model profesional.
“Hmmm, dilihat dari penampilan dan kinerja, para atasan akhirnya memilih kamu untuk mengisi slot itu, Miyahara.” jawabnya. Mina masih harus mencerna semua ini. Dia tersenyum tipis kearah sang chief editor dan meminta waktu sebentar untuk berpikir dengan tenggat besok akan memberikan kabar. Sang kepala editor menyetujui keinginannya dan memperbolehkan Mina untuk pamit dari ruangannya.
Mina kembali ke mejanya di ruangan editor. Sementara punggungnya bersandar di sandaran kursi kerjanya, sepasang matanya menatap lurus kearah berkas penawaran AnAn yang diberikan padanya tadi. Kalau boleh jujur, Mina tidak pernah ada niatan untuk terjun ke dunia modeling ataupun harus muncul di depan umum sebagai selebriti. Kehidupannya sebagai orang biasa saja sudah melelahkan. Mina tidak suka sesuatu yang ribet dan menyusahkan.
Apa dia perlu tanya seseorang yang sudah sering bolak-balik jadi langganan front cover majalah terkenal? AnAn terkenal kan?
Lamunan Mina buyar saat ponselnya berdering kencang, menarik perhatian beberapa teman sekantornya disana. Mina buru-buru mengambil ponselnya yang ada di sebelah dokumen itu sementara dokumen itu dia simpan di dalam laci mejanya. Mina pamit pada teman di sebelahnya untuk menerima telepon.
Kaki kaki jenjangnya berlari keluar ruangan dan mencari lorong yang lumayan sepi dan jarang dilewati orang. Ternyata Haruna yang menelpon. “Halo, Haruna-san?”
“Halo, Mina-chan! Sedang sibuk? Apakah aku mengganggumu?” suara lembut itu menyapanya. Mina menggeleng dan tersenyum. “Tidak sama sekali, aku baru saja selesai mewawancara narasumber. Ada apa, Haruna-san?”
“Hmmm, Raul sekarang sedang di Paris kan?” Haruna bertanya basa-basi. Oh iya, kalau diingat, Raul—kekasihnya itu sedang berada di Paris untuk menghadiri Paris Fashion Week dan mengisi beberapa fashion show milik Yohji Yamamoto. Mina sangat senang saat Raul menceritakan jadwalnya selama seminggu di Paris sebelum berangkat beberapa hari sebelumnya.
Sampai saat ini, Mina hanya tau kabar bahwa Raul baik-baik saja dan menikmati waktu beserta pekerjaannya lewat Instagram maupun Twitter dari laporan para fans yang tidak sengaja maupun sengaja bertemu Raul disana.
“Ah iya. Aku belum mendengar kabar darinya secara personal. Memangnya kenapa, Haruna-san?” Mina harap dia tidak mendengar hal-hal yang mencemaskan dari lelaki bermarga Murakami Maito itu. Haruna tertawa pelan. “Tidak ada apa-apa,” seakan bisa menjawab kekhawatiran Mina, Haruna mengucapkan kalimat penenang itu. “rencananya aku dan Tsuki mau mengajakmu ke Paris, kalau pekerjaanmu sudah selesai semua.” lanjutnya.
Ah, pekerjaan ya. Soal pekerjaan dia kembali ingat tentang tawaran slot AnAn itu. “Ano, Haruna-san,” Mina memanggil Haruna lagi. Kali ini, dia menyandarkan punggungnya di dinding yang ada dibelakangnya sementara kakinya diayunkan pelan. “Begini, aku… ditawarkan untuk mengisi slot AnAn edisi minggu depan untuk membahas staf di AnAn. Aku masih bingun apakah tawaran ini harus kuambil atau tidak. Menurut Haruna-san bagaimana?”
Terdengar gumaman pelan di seberang sana. “Kalau Mina-chan ingin menantang diri dan percaya diri untuk tampil di majalah, kurasa tidak ada salahnya dicoba.” jawab Haruna.
“Tapi, kalau kamu merasa tidak nyaman, jangan sungkan untuk menolak dan bilang pada atasanmu soal ini ya.” lanjutnya lagi. Mina mengulum bibirnya.
“Terima kasih, Haruna-san.” kata Mina. “Oh tambahan, jangan kaget kalau bertemu fotografer yang tempramental ya. Hehehe.” Mina tertawa mendengarnya.
Raul menghirup dalam-dalam aroma Jepang setelah dia selesai keluar dari Imigrasi. Dia rindu sekali dengan Jepang. Oh, terutama Mina. Apa kabar ya kekasihnya itu? Sudah seminggu lebih dia tidak menyempatkan diri untuk bertukar pesan pada Mina. Terlebih karena dia tidak diizinkan untuk menghubungi orang lain selain member Snow Man dan keluarganya, jadi susah sekali untuk menghubungi Mina. Beruntungnya begitu dia mengecek ponselnya pada kolom chat kontak Mina, tidak ada chat dari sang kekasih. Oh, hanya satu. Pesan itu berbunyi untuk selalu menjaga kesehatannya dan jangan lupa istirahat.
“Raul-san!” Manajernya memanggil namanya begitu menyadari bahwa sang idol jangkung itu tenggelam dalam lamunannya. Raul segera melangkahkan kakinya mengikuti sang manajer menuju van yang sudah terparkir tidak jauh dari mereka. Sudah diduga akan lebih banyak ada kamera yang menyambutnya di bandara.
Raul segera masuk ke dalam mobil itu dan duduk dengan manis di samping jendela. Mobil yang dia tumpangin mulai memasuki kawasan Tokyo yang padat, sebelum bisa pulang ke rumah, Raul harus ke jimusho terlebih dahulu untuk rapat sebentar dengan agensi mengenai karirnya sebagai model.
Memperhatikan jalanan di sekitarnya, mata Raul tidak sengaja menangkap sebuah iklan toko buku di jalanan Akasaka. Sebuah majalah AnAn edisi minggu itu yang model front covernya menarik perhatian Raul. Dia langsung meminta supir untuk memberhentikan mobil van itu dan meminta izin pada manajernya untuk ke toko buku sebentar. Manajernya awalnya tidak mengizinkan Raul untuk keluar, namun dengan wajah memelas lelaki itu, Manajernya luluh dan mengizinkan Raul untuk pergi keluar sebentar namun harus ditemani olehnya.
Raul memasuki toko buku besar itu dengan tidak lupa menyapa pramuniaga disana, tidak lupa pula dia tetap memakai topi beserta kacamata beningnya. Setidaknya dia harus menjaga agak tidak ada yang menyadari bahwa Raul berada disana.
Kaki kaki panjang Raul melangkah ke salah satu display majalah AnAn yang menampilkan sosok perempuan yang sangat dikenalnya. Tanpa berpikir panjang, Raul mengambil lima kopi majalah edisi AnAn minggu itu dan membayarnya.
Jantungnya berdetak kencang sementara otaknya mengumpulkan beberapa pertanyaan yang intinya. Apa yang telah terjadi selama dirinya berada di Paris?
Hari itu, Minggu, Mina menikmati hari liburnya dengan duduk bersantai di sofa sembari menikmati segelas cokelat hangatnya. Di atas meja yang ada di hadapannya ini, tergeletak sebuah majalah terkenal, tempat dimana dia bekerja saat ini. Menampilkan dirinya yang berpose di halaman terdepan majalah AnAn tersebut. Mina mengulum bibirnya. Selama pemotretan dia menikmatinya, memang terkadang dia harus diarahkan oleh pengarah gaya karena minim sekali soal modeling, sekalipun pacarnya seorang model.
Begitu, majalah edisi itu rilis, Haruna mengiriminya pesan dan mengatakan bahwa Mina sangatlah cantik disana. Dia tidak sabar melihat bagaimana reaksi Raul saat melihat Mina di sana. Raul…. Untuk beberapa saat selama masa pemotretan dan penyusunan majalah itu dia lupa akan Raul. Dia lupa mengabari Raul bahwa dia akan muncul di majalah itu sebagai special appreance.
Belum lagi disitu dia berpose dengan seorang model lelaki. Apakah Raul akan cemburu atau malah biasa saja? Mina jadi penasaran sekaligus takut membayangkan respon Raul saat tahu hal ini.
Lagi. Mina melihat kearah majalah itu. Seorang perempuan yang tubuhnya terbalut Parisian Chic Draped Satin Slip Midi Dress. Sebuah dress yang memiliki aksen drapery di bagian dada dan pinggang yang cantik, dan juga kedua tali yang menjaga agar dress itu tetap pada tubuhnya. Makeupnya juga tipis dan hanya menghighlight bibirnya yang dipoles pewarna bibir berwarna merah agak muda sedikit. Rambutnya yang sudah mulai panjang melewati bahu itu distyle menjadi messy low bun. Sementara tubuhnya menghadap kamera, model lelaki yang berpose bersamanya memunggungi kamera dan sang penata gaya mengarahkan dirinya—waktu itu— untuk melingkarkan tangannya di sekitar bahu sang lelaki.
Akan lebih bagus kalau waktu itu Raul yang menjadi modelnya, begitu pikir Mina. Tapi, mana mungkin.
Mina menghela napas. Dia membalik majalah itu untuk mengalihkan pikirannya sejenak. Perempuan itu beranjak untuk pergi ke kamarnya setelah mematikan televisinya. Mungkin tidur siang sebentar tidak masalah.
Suara bel menghentikan langkah Mina. Perempuan itu menghela napas. Siapa yang mengunjunginya di hari libur yang cerah ini? Mina memutar haluan dan berjalan kearah pintu unitnya. Dia mengecek interkom dan melihat sosok lelaki jangkung yang selama beberapa hari ini sibuk catwalk di Paris.
Tanpa ragu, Mina membuka pintu, bertemu pandang dengan Raul yang menatapnya dari balik kacamata berframe bening yang membingkai wajahnya. Mina mengulum bibirnya, menahan diri untuk tidak lompat kearah Raul dan memeluk erat lelaki itu.
“Tadaima, kak Mina!” sapa Raul. Mina mengangguk. “Okaeri, Rau.” balas Mina pelan.
Raul bertopang dagu, menatap lamat-lamat kekasih yang sudah tidak ditemuinya selama seminggu lebih ini. Mempelajari garis wajahnya dan memproyeksikan setiap detailnya pada otaknya. Kemudian, menggabungkannya pada visual sosok perempuan yang dia lihat di majalah AnAn yang tadi dia beli sesampainya di Jepang.
Dia sudah bertanya mengenai majalah itu pada Mina. Perempuan itu bilang bahwa dia ingin mencoba sesuatu yang baru tapi tidak berniat untuk melanjutkannya, hanya ingin mencoba sekali apa yang Raul rasakan saat kamera menangkap setiap posenya. Mina melirik Raul yang duduk di depannya, sementara lelaki bermarga Murakami Maito itu semakin melebarkan senyumannya.
“Aku senang kak Mina muncul di majalah AnAn,” kata Raul. namun, bibirnya mengerucut sebal. “tapi, akan lebih bagus kalau yang dipeluk kak Mina adalah aku di majalah itu!” ujarnya.
Mina tertawa. “Dia cuma bisa memelukku sekali. Sedangkan Rau bisa kapan saja memelukku.” katanya. Benar sih, tapi tetap saja. Raul mengembungkan pipinya. Dia berdiri dari duduknya dan menarik tangan Mina.
“Aku ngantuk. Mau tidur sambil meluk kak Mina.” kata Raul dengan suara lucunya. Wajah Mina meranum, sementara jantungnya sudah mulai berdetak tidak karuan lagi. Mina menyelesaikan dirinya yang sedang melihat-lihat majalah yang dibawa Raul dari Paris itu dan menerima uluran tangan Raul.
Sekarang keduanya sedang menikmati waktu bersama di atas kasur sembari Mina memeluk Raul begitupula sebaliknya. Raul meletakan dagunya diatas kepala Mina dan memeluk perempuan-nya itu dengan erat.
“Kak Mina… Aku bukannya mau melarang kak Mina kalau kak Mina mau terjun ke modeling juga. Hanya saja…,” Raul menarik napas. dia memposisikan wajahnya sejajar dengan Mina, menatap lurus ke dalama sepasang mata kekasihnya itu.
“Aku tidak mau merasakan perasaan bahwa semua orang mau mencuri wanitaku…”
Sial. Darimana Raul belajar kalimat seperti itu? Sekarang Mina semakin tidak bisa menahan detakan jantungnya yang semakin gila beserta wajahnya yang memanas. Sementara otaknya terus mengulang kalimat Raul barusan bagaikan sebuah kaset yang rusak. Mina bersyukur Raul tidak marah atas kemunculannya di AnAn.
“Aku juga tidak akan membiarkan mereka mencuriku, Rau.” balas Mina. Dia mencoba memberanikan diri, mengecup bibir Raul. Hanya sebuah kecupan singkat yang membuat Raul ingin kembali mencium Mina dengan lebih, menyesap candunya.